Ketika pada tahun 1980 pertama kali menjadi wartawan Pos Kota, saya mengenal Pak Max Margono di Gedung Negara Grahadi. Saya mewakili senior saya, Amang Mawardi yang sedang liputan di lain tempat.
Saya melihat, dia membawakan minuman untuk para pejabat -yang agak kaget mendapat perlakuan istimewa. Humanis. Sepele. Tapi dengan cara itu Pak Max mudah akrab. Gampang dikenali nara sumber. Pak Max pandai membina hubungan.
Suatu waktu, resepsi Hari Pers Nasional sebagai peringatan ulang tahun Persatuan Wartawan Indonesia Jawa Timur diselenggarakan di Gedung Srimulat THR Surabaya. Acara sudah dimulai. Lampu agak temaram. Kolonel Sonny Baksono, Kepala Penerangan Kodam VIII Brawijaya terlambat datang. Pak Max Margono segera menyongsong. Layaknya penerima tamu, ia membantu mencarikan kursi di deretan depan. Tempat undangan VIP.
Pak Max Margono dan Pak JA Noertjahjo merupakan wartawan Kompas perwakilan Jawa Timur di Surabaya. Mereka adalah representasi dari Harian Kompas. Tetapi untuk urusan di luar redaksi, Pak Max Margono orangnya. Pak Max Margono mudah dikenali karena bertubuh pendek dan gemuk.
Tahun 1985 Pos Kota grup menerbitkan suratkabar Mingguan Surya di Surabaya. Punya unit percetakan sendiri. Saya tidak lagi liputan. Mas Ivans Harsono, Kepala Perwakilan Pos Kota dan Pemimpin Mingguan Surya meminta saya konsentrasi di percetakan.
Saya ingat, periode tahun 1987 dan 1988 tiga kali Pak Max Margono dan wartawan Kompas lainnya, Valens Doy datang ke percetakan, diantar Pak Ivans Harsono. Mereka berdua mewakili manajemen Kompas-Gramedia akan mencetak koran harian. Surya masih terbit sekali seminggu. Jadi, order harian tentu saja sangat luar biasa.
Tetapi pada akhirnya tiga rencana tersebut semuanya batal. Pertama dengan Memorandum. Kedua dengan Pewarta Surabaya. Ketiga dengan Bhirawa.
Tahun 1989 Harian Kompas bersama harian Pos Kota menjalin kerjasama. Mendirikan suratkabar harian. Mingguan Surya pun berubah terbit harian. Pak Ivans Harsono sebagai Pimpinan Umum. Pak Valens Doy menjadi Pemimpin Pedaksi. Pak Max Margono sebagai redaktur pelaksana. Kelompok Kompas-Gramedia akhirnya punya koran di Surabaya.
Dengan Pak Max Margono pun semakin kenal. Ketika kami sudah purna tugas, persaudaraan berlanjut. Saya memanggilnya dengan sebutan Om!
Walaupun pindah domisili di Jakarta, Om Max tetap rajin menjalin kontak. Kalau ada wartawan senior sakit atau meninggal dunia di Surabaya, dia sangat respek. Selalu menitipkan pesan khusus kepada keluarganya.
Secara fisik kami bertemu muka di Jakarta tahun 2017. Saya bersama wartawan senior Hadiaman Santoso menghadiri undangan reuni di rumah keluarga Budiono Darsono. Pak Hadiaman dan Om Max teman seprofesi. Kawan sejak muda. Om Max menyempatkan datang ke hotel tempat kami menginap.