Tahun 2001, saya DLK (Dinas Luar Kota) ke Jakarta. Biasanya jalanan ramai, kali ini lalu lintas terasa lengang. Sopir taksi pun heran kenapa tiba-tiba lancar. Ternyata hari itu bertepatan dengan perayaan Tahun Baru Imlek dan mulai pertama diberlakukan libur secara fakultatif oleh Presiden Abdurahman Wahid.
Ada toko yang buka, ada pula toko tutup, termasuk sebuah pujasera lantai bawah komplek Mangga Dua -yang di hari biasa, cari tempat duduk saja sulit. Pemilik depot (orang Tionghoa) hafal kebiasaan saya memesan mie pangsit dan minumnya es cincau hitam.
Sebelum menuju ke stasiun Gambir, saya sangat menikmati sepinya Ibu Kota Jakarta.
                                                             ***
Peringatan Tahun Baru Imlek 2573 tepat pada 1 Februari 2022. Berdekatan dengan HUT ke-76 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Hari Pers Nasional (HPN), tanggal 9 Februari 2022.
Dalam literatur-literatur perjuangan bangsa Indonesia, terdapat fakta bahwa para insan pers, termasuk keterbukaan di era reformasi sejak 1998 membuat budaya Tionghoa tampil lagi.
Liku-liku suratkabar lokal Surabaya, juga tak bisa lepas dari warga etnis Tionghoa. Harian pagi Jawa Pos di Kembang Jepun, Surabaya mempunyai jurnalis Tionghoa. Semisal senior saya Mas Djoni Budimartono, atau Mas Johny Purbono.
Di Harian Sore Surabaya Post ada Mas Waluyo. Sementara itu Majalah Liberty ada nama Slamet indra Santosa dan Saudari Bicky Hananta.
Sekitar tahun 1980-an, saya berteman dengan Saudari Nany Wijaya ketika liputan di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Tatkala saya aktif dalam pengurus Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) Jawa Timur ada nama Jacob Hendrawan. Dan, di luar yang saya sebutkan tentu masih banyak lagi.