Salah satu upaya memenuhi target pemasaran, tabloid yang beredar setiap hari Minggu ini diproduksi di dua tempat percetakan. Satu di Surabaya, satu lagi di Jakarta. Cetak Surabaya untuk pemasaran wilayah Indonesia timur. Cetak Jakarta untuk wilayah edar Jawa Barat, dan Jawa Tengah bagian barat.
Inilah model cetak "jarak jauh" yang pertama, sebelum ditemukan teknologi seperti saat ini -yang memanfaat satelit.
Setiap hari Jumat malam ada kurir membawa negatif film ke Jakarta. Naik kereta malam Argo Bromo. Sabtu pagi tiba di percetakan Gramedia di Palmerah Jakarta. Edisi cetak Jakarta ini menjangkau wiayah pemasaran Jakarta-Kawa Barat.
Di kalangan teman-teman percetakan muncul istilah: tabloid BANGKIT masuk era cetak (jarak) jauh sekali.
Di kemudian hari muncul banyak tabloid yang mirip dengan BANGKIT. Sesuai dengan selera pasar yang menurun, Tabloid BANGKIT berakhir pada April 2002.
Setelah itu saya jarang berjumpa dengan Mas Uki. Dia hijrah ke Persda, memperkuat jaringan berberita milik Kompas-Gramedia. Kemudian, saya dengar Mas Uki keliling ke berbagai tempat di belahan Indonesia. Membangun koran di daerah-daerah. Â
Uki M Kurdi, kelahiran Brebes, Jawa Tengah telah pergi untuk selamanya. Almarhum meninggalkan seorang istri dengan tiga anak: satu perempuan dan dua laki-laki.
Tawa "khas" yang menggema di telinga saya malam itu, ternyata untuk terakhir kalinya. Selamat jalan UMK...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H