Argumen demi argumen dilemparkan rombongan ini. Perdebatan cukup ribut ini berjalan tanpa henti. Perjabat protokol Presiden keluar masuk mengingatkan bahwa pertemuan ini sudah berlangsung dua jam. Namun Presiden terlalu asyik mendengarkan dan menanggapi, sehingga tidak memperhatikan kegelisahan staf kepresidenan.
Ketika isu kekerasan seksual diangkat, Presiden juga menyatakan keraguan yang sejauh ini banyak disuarakan tokoh-tokoh penguasa maupun anggota masyarakat. Cerita-cerita itu sukar dipercaya: perempuan diperkosa beramai-ramai di Jalan Thamrin atau jalan besar lainnya di Jakarta.
Dokumentasi data pun dikeluarkan. Ditunjukkan dan dibacakan. Presiden mendengarkan penuh perhatian. Peristiwa demi peristiwa. Termasuk lokasi kejadiannya di ibu kota. Kerusuhan Mei 1998 adalah hasil rekayasa dari pihak-pihak yang memanfaatkan krisis ekonomi dan sosial-politik yang rawan.
Seorang demokrat
Tiba-tiba wajah Presiden berubah. Perubahan ini tidak luput dari perhatian rombongan pencari keadilan ini. Keadaan menjadi sunyi sesaat.
![Prof.Dr.Ing.H. B.J. Habibie Presiden ke-3 Indonesia (Instagram BJ Habibie)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/09/11/img-20190911-230427-5d79267a0d82307d162a2d12.jpg?t=o&v=555)
Entah waktu diceritakan dia sedang sibuk, atau barangkali tidak mendengarkan dengan penuh perhatian. Tetapi yang jelas, cerita itu menyelinap kembali ke dalam ingatannya sekarang.
Dan dengan wajah serius, Habibie mengatakan, "Saya percaya Anda sekalian. Keponakan saya tidak akan bebohong kepada saya," lalu menambahkan bahwa dia bersedia membuat pernyataan maaf pemerintah.
Mayjen Sintong Panjaitan terkejut. Dia menoleh, lalu menyela, "Pak...." Dan waktu Presiden berpaling, "Pak, apakah tidak sebaiknya hal ini dibahas dulu dengan kabinet?"
Presiden memandang kembali. Wajahnya memancarkan rasa tidak percaya. Lalu dia mengatakan dalam Bahasa Inggris, "Can't I have my own opinion -tidak bisakah saya memiliki pendapat sendiri?" lalu tambahnya, "Saya kebetulan setuju dengan pendapat ibu-ibu tokoh masyarakat ini."
Presiden menyetujui dibentuknya sebuah komisi nasional, namun mengatakan sebaiknya namanya Komisi Nasional Perlindungan Perempuan. Bukan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan seperti usulan para pelobi.
Sebuah komisi nasional yang didirikan pemerintah biasanya tidak menyandang kata negatif seperti "anti". Usul Habibie, secara halus ditolak. Karena dianggap tidak mencerminkan jiwa yang akurat. Dan tidak punya daya tonjok.