Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat Masjid di Turki yang Selalu Dijaga Polisi

19 Februari 2019   17:27 Diperbarui: 21 Februari 2019   14:34 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trem listrik dikeburuti orang untuk sekadar foto (DokPri)

Dilihat dari detailnya banyak menggunakan bahan-bahan mahal. Ini juga memicu protes oposisi. Alasan mereka, proyek berlangsung saat gkondisi ekonomi nasional sedang tidak sehat. Tuduhan makin merembet. Erdogan dituding banyak pengeluaran untuk memperluas pengaruh politik ke negara tetangga. Masjid Republik Taksim sudah ditunggu umat Muslim.

Indonesia-Turki
Turki Ustmani sangat Berjaya. Sebagai imperium besar sekaligus pusat kekuasaan politik Islam. Wilayah kekuasaannya sangat luas. Turki Ustmani menjadi citra keagungan dalam pandangan umat Islam dunia. Banyak kekuatan politik Islam berupaya menjalin hubungan. Bidang politik. Bidang militer. Atau sekadar menaruh kebanggaan terhadap kewibawaannya.

Trem listrik dikeburuti orang untuk sekadar foto (DokPri)
Trem listrik dikeburuti orang untuk sekadar foto (DokPri)
Sebagai penguasa dunia Islam memberikan pengaruh kuat. Mencakup wilayah-wilayah Islam di tiga benua. Asia, Afrika, dan Eropa. Kebesaran dan kewibawaannya menjadi tonggak harapan. Bagi bangsa-bangsa Muslim ketika berhadapan dengan kekuatan negara-negara imperialis Eropa.

Di tanah Jawa, Turki Ustmani secara kultural memberi pengaruh besar. Dalam kehidupan sosial, politik, dan militer. Salah satunya saat terjadi 'Perang Jawa' tahun 1825-1830. Corak Turki Ustmani memberi warna khas pihak Diponegoro.

Diponegoro mendapat informasi mengenai nama satuan pasukan 'Janissari Turki Ustmani'. Kemudian dia sematkan pada nama-nama pasukannya. Diponegoro merasa tidak senang dipanggil dengan sebutan Pangeran. Dia lebih memilih nama 'Kanjeng Sultan Ngabdulkamid'. Diponegoro memiliki banyak pengetahuan mengenai Turki Ustmani.

Peluncuran buku "Urip iku Urub" karya Peter Carey (Rabu, 30/1/2019) di Perpustakaan Nasional RI (Rabu, 30/1/2019). Saya hadir. Menyimak banyak hal. Sejarawan berusia 70 tahun itu juga menulis sejarah Pangeran Diponegoro. Buku diberi berjudul "Takdir" ditelitinya selama 30 tahun. Menghabiskan waktu hampir separo dari kehidupan Peter Carey.

Fakta tersebut tak ada keraguaan lagi. Kewibawaan Turki Ustmani terpatri dalam benak bangsa Indonesia. Selama berabad-abad. Dalam suasana pasang surut. Hingga awal abad ke-20 didapati jejak-jejak Turki. Saat rakyat Indonesia tengah berjuang meraih kemerdekaan.

Turki secara umum banyak dikenal oleh masyarakat Nusantara (baca: Indonesia). Mulai dari kalangan kaum elit. Para saudagar, haji, imigran Arab, dan ulama. Mereka sangat berperan. Dari sinilah sarana pengenalan masyarakat Nusantara dengan Turki Ustmani. Sekarang kita mengenalnya: Turki!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun