Tanda pemisah berupa "oloran" plastik ini digunakan untuk pengamanan proyek. Di dalam masjid warna merah putih tersebut dipakai untuk membatasi pada saat jamaah sholat sedang ramai.
Bukan Perjalanan Rohani
Pagi, 18 Juli 1955. Lapangan Terbang Kemayoran ramai. Ribuan orang menanti untuk melepas keberangkatan Presiden Sukarno bersama rombongan (31 orang) ke Tanah Suci. Setiba di Kemayoran, Sukarno menyampaikan amanatnya.
Singgah di Kairo -Mesir, presiden dan rombongan menginap di Istana Koubbah. "Istana bekas Raja Faruk ini indah sekali," tulis Mangil Martowidjojo, komandan Polisi pengawal pribadi presiden, dalam Kesaksian tentang Bung Karno 1945-1967. Selama lima hari, Sukarno melakukan kunjungan kenegaraan, termasuk menghadiri perayaan Hari Revolusioner Mesir pada 23 Juli.
Setibanya di Lapangan Terbang Jeddah, Raja Saud bin Abdul Aziz menyambutnya. Acara dilanjutkan pengibaran bendera Merah-Putih, penembakan meriam 21 kali, pemutaran lagu kebangsaan, barisan kehormatan, dan perkenalan. Rombongan lalu dijamu di Istana Raja.
"Sukarno berangkat bukan hanya sebagai seorang muslim yang baik tapi juga seorang kepala negara. Maka, Sukarno di sana diterima kepala negara," ujar Peter Kasenda, sejarawan Universitas 17 Agustus 1945, Jakarta. Selain itu, meriahnya sambutan terhadap Sukarno di Mesir maupun Arab Saudi dikarenakan tahun itu Indonesia berhasil menghelat Konferensi Asia-Afrika.
***
Bulan Juni oleh beberapa kalangan disebut sebagai "bulan" Bung Karno. 1 Juni ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila. Tanggal 6 Juni 1901 presiden pertama Republik Indonesia Ir. Sukarno (ada yang menulis Soekarno) lahir. Minggu, 21 Juni 1970 Proklamator dan Bapak Pancasila itu wafat.
Sejak Bung Karno mangkat nyaris tidak pernah terjadi ada acara peringatan apapun. Peringatan (haul) wafatnya Bung Karno untuk umum pertama kali diadakan tahun 1982. Ketika itu merupakan Haul ke-12...
Peristiwa 36 tahun silam itu berlangsung meriah. Kepadatan massa terasa sejak pagi hingga malam, terutama di Bendogrit -lokasi makam dan di Jl. Sultan Agung, kediaman Bu Wardojo, kakak kandung Proklamator RI.