Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Presiden Soekarno Melepas Pangkat di Makam Nabi Muhammad

6 Juni 2018   10:31 Diperbarui: 6 Juni 2018   14:26 5679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembatas sholat warna merah putih di Masjidil Haram, Mekkah (Dok Pribadi)

Presiden Pertama Republik Indonesia Sukarno melepas segala atribut pangkat kenegaraannya di depan Makam Nabi Muhammad Saw. Bahkan ketika mengheningkan cipta untuk berdoa, Sukarno berurai air mata.

Salah satu peristiwa paling menghebohkan yang belum pernah terjadi sebelumnya itu ketika Bung Karno -panggilan akrab Sukarno, menunaikan ibadah haji pada tahun 1955.

Saat berjalan di Kota Madinah bersama Raja Saud bin Abdul Aziz, Bung Karno bertanya kepada sang raja, "Wahai Raja, dimana makamnya Rasulullah SAW ?"

Raja Saud menjawab, "Oh itu makam Rasulullah SAW sudah terlihat dari sini". Seketika Bung Karno melepaskan atribut-atribut pangkat kenegaraannya.

Raja Saudi  heran. Ia lalu bertanya  kepada Bung Karno. "Kenapa Anda melepaskan itu semua?"

Bung Karno menjawab dengan tegas: "Yang ada di sana itu Rasulullah SAW, pangkatnya tentu jauh lebih tinggi dari kita".

Bung Karno berjalan merangkak menghampiri makam Rasulullah. Bung Karno pun tak kuasa menahan tangisnya di depan makam manusia agung itu. Bung Karno bersama rombongan sempat berdoa di samping makam Nabi Muhammad SAW.

Apa yang dilakukan Bung Karno saat ziarah ke Makam Nabi patut diapresiasi. Sikap ini merupakan sebuah penghormatan sejati yang membuat takjub Raja Saudi. Betapa besar ketundukan dan kecintaan seorang Sukarno kepada Rasulullah SAW, pembawa risalah Islam ke seluruh jagad raya.

Bagi Sukarno, pangkat dan kemampuan yang dimilikinya tidak bisa dibandingkan sama sekali dengan apa yang sudah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Bung Karno sangat menghormati dan mencintai Rasululllah SAW.

Sejak itu hubungan antara Indonesia dan Arab Saudi menjadi erat. Kedatangan Sukarno disambut langsung Raja Saudi, Saud bin Abdulaziz Al Saud. Hubungan baik itu terjalin hingga sekarang.

Jika sedang di Madinah dan Mekkah dalam kaitan ibadah haji atau umrah sering terlihat tanda pemisah berwarna merah putih. Warna tersebut identik dengan warna bendera Indonesia. Sepertinya ini sebuah kebetulan saja.

Tanda pemisah berupa "oloran" plastik ini digunakan untuk pengamanan proyek. Di dalam masjid warna merah putih tersebut dipakai untuk membatasi pada saat jamaah sholat sedang ramai.

Bukan Perjalanan Rohani

Pagi, 18 Juli 1955. Lapangan Terbang Kemayoran ramai. Ribuan orang menanti untuk melepas keberangkatan Presiden Sukarno bersama rombongan (31 orang) ke Tanah Suci. Setiba di Kemayoran, Sukarno menyampaikan amanatnya.

Pembatas warna merah putih di Masjid Nabawi, Madinah (Dok Pribadi)
Pembatas warna merah putih di Masjid Nabawi, Madinah (Dok Pribadi)
"Hari ini saya minta pamit dari seluruh lapisan rakyat di manapun saudara-saudara berada di tanah air kita. Saya minta doa selamat dari saudara-saudara sekalian." ujar Sukarno, dikutip situs majalah sejarah online Historia 30 Agustus 2017.

Singgah di Kairo -Mesir, presiden dan rombongan menginap di Istana Koubbah. "Istana bekas Raja Faruk ini indah sekali," tulis Mangil Martowidjojo, komandan Polisi pengawal pribadi presiden, dalam Kesaksian tentang Bung Karno 1945-1967. Selama lima hari, Sukarno melakukan kunjungan kenegaraan, termasuk menghadiri perayaan Hari Revolusioner Mesir pada 23 Juli.

Setibanya di Lapangan Terbang Jeddah, Raja Saud bin Abdul Aziz menyambutnya. Acara dilanjutkan pengibaran bendera Merah-Putih, penembakan meriam 21 kali, pemutaran lagu kebangsaan, barisan kehormatan, dan perkenalan. Rombongan lalu dijamu di Istana Raja.

"Sukarno berangkat bukan hanya sebagai seorang muslim yang baik tapi juga seorang kepala negara. Maka, Sukarno di sana diterima kepala negara," ujar Peter Kasenda, sejarawan Universitas 17 Agustus 1945, Jakarta. Selain itu, meriahnya sambutan terhadap Sukarno di Mesir maupun Arab Saudi dikarenakan tahun itu Indonesia berhasil menghelat Konferensi Asia-Afrika.

***

Bulan Juni oleh beberapa kalangan disebut sebagai "bulan" Bung Karno. 1 Juni ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila. Tanggal 6 Juni 1901 presiden pertama Republik Indonesia Ir. Sukarno (ada yang menulis Soekarno) lahir. Minggu, 21 Juni 1970 Proklamator dan Bapak Pancasila itu wafat.

Sejak Bung Karno mangkat nyaris tidak pernah terjadi ada acara peringatan apapun. Peringatan (haul) wafatnya Bung Karno untuk umum pertama kali diadakan tahun 1982. Ketika itu merupakan Haul ke-12...

Peristiwa 36 tahun silam itu berlangsung meriah. Kepadatan massa terasa sejak pagi hingga malam, terutama di Bendogrit -lokasi makam dan di Jl. Sultan Agung, kediaman Bu Wardojo, kakak kandung Proklamator RI.

Tahun 1982, Ratna Sari Dewi difoto menggunakan film hitam putih (Dok Pribadi)
Tahun 1982, Ratna Sari Dewi difoto menggunakan film hitam putih (Dok Pribadi)
Sebagai wartawan pemula, mendapat tugas ini senang bukan kepalang. Salah satu jepretan masih tersimpan rapi hingga kini, kehadiran Ratna Sari Dewi, salah seorang istri Bung Karno. Foto wanita kelahiran Tokyo, Jepang, 6 Februari 1940 ini masih menggunakan klise atau film hitam putih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun