Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kehangatan Laut Merah Bersenandung Kisah Nabi Musa

22 Maret 2018   23:27 Diperbarui: 23 Maret 2018   08:27 3112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang memberi saran, jika melakukan perjalanan ke tempat asing hiruplah uap sejarahnya. Apalagi jika waktu kunjungan terlampau singkat. Jika uapnya terserap, di situ pasti ada hal-hal seru.

Banyak realitas sejarah masa lalu melintasi Mesir. Ke seluruhan fakta ini berlaku hanya sekali, dan tidak mungkin berulang kembali.

Peristiwa unik dan menarik antara lain terlihat pada petilasan Nabi Musa. Siapa orangnya pasti gemetar jiwa dan raganya manakala melihat sumur -dulu disebut sumber air atau mata air- yang berada persis di tepi pantai. Tepatnya di pesisir Laut Merah. Meskipun namanya Laut Merah, namun warna airnya tetap biru, lho ya...

Sumur tersebut berada di perbatasan Provinsi Suez dan perbukitan Sinai, kira-kira 160 kilometer dari Kairo, Ibu Kota Mesir. Sumur ini bukti kekuasaan Allah yang bisa disaksikan oleh umat manusia hingga saat ini.

Dalam sebuah riwayat terdapat cerita, Nabi Musa diutus Allah untuk mengingatkan Firaun karena sudah sangat keterlaluan. Firaun, atas pengaruh iblis telah melampaui batas kewajaran menjadi manusia. Raja ini saking berkuasanya mengaku sebagai tuhan.

Untuk melawan "kekuatan" Firaun itu maka dibutuhkan sosok orang kuat pula. PilihanAllah jatuh kepada pemuda bernama Musa. Pemuda ini tangguh, keras, dan pandai berkelahi. Ia menerima mukjizat berupa tongkat.

Musa ketika bayi berada dalam lingkungan keluarga Firaun sebagai anak pungut. Adakah sesuatu yang lebih tragis dan menyedihkan melihat kenyataan pahit yang dialami Firaun? Firaun tidak menyadari bayi yang dipungut, diasuh, dan dididiknya itu justru memicu runtuhnya kekuasan dirinya sendiri.

Sekalipun Nabi Musa dibekali mukjizat untuk menundukkan Fir'aun, toh Allah sempat menyampaikan pesan kepada Musa jika bertemu dengan Firaun hendaklah berkata-kata lembut. Sekalipun semua tahu pada akhirnya terjadi perlawanan dari pihak Firaun, Allah masih memerintahkan agar Musa tidak berlaku kasar.

Sebelum masuk situs mata air Nabi Musa As, melewati penjagaan tentara Mesir (Dok Pribadi)
Sebelum masuk situs mata air Nabi Musa As, melewati penjagaan tentara Mesir (Dok Pribadi)
"Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut" (QS 20:44)

Tujuan dari pemaparan kisah ini adalah untuk menjelaskan, dalam berdakwah harus mengutamakan sifat "kelembutan" dan harus dipegang teguh. Bertutur kata yang baik-baik itu pilihan Allah.

Hubungan kekeluargaan bapak-anak ini akhirnya pecah, jika enggan disebut mulai punah. Musa yang sudah punya banyak pengikut diteror, dikejar-kejar hendak dibunuh oleh bapak angkatnya.

Esksodus

Akhirnya Musa diperintah Allah agar eksodus (keluar) dari Mesir. Musa menyiagakan orang-orang Israel -Bani Israil umat Nabi Musa, untuk sebuah perjalanan panjang mengikuti arah matahari terbit menuju tanah suci di Palestina. Persiapan untuk memulai perjalanan panjang berlangsung selama empat hari.

Salah satu dari 12 mata air yang masih aktif (Dok Pribadi)
Salah satu dari 12 mata air yang masih aktif (Dok Pribadi)
Bulan kedua terakhir dalam penanggalan Mesir kuno bertolaklah Musa bersama rombongan. Terik matahari dan udara panas pantulan padang gurun merupakan rintangan berat. Perjalanan tersebut amat melelahkan. Namun berkat rahmat dan kasih sayang Allah, maka kaum nabi Musa telah Dia beri karunia awan yang menanungi mereka sepanjang perjalanan.

Firaun dan bala tentara Mesir bersenjata lengkap di atas kereta perang membuntuti dari belakang. Pengikut Musa dicekam rasa takut yang hebat, bahkan hampir putus asa. Di hadapan mereka hanya ada lautan yang tidak mungkin diseberangi, kecuali dengan alat pengangkut. Sedangkan di belakang ada tentara Firaun siap membantai.

Dari kejauhan mereka menyaksikan kepulan debu tebal yang ditimbulkan kereta-kereta perang. Itulah Firaun bersama bala tentara Mesir. Di sebelah barat berdiri kokoh Jabal Ganefa, sementara orang-orang Bani Israil dan Musa terjepit di kawasan pertemuan Danau Murra Besar dan Danau Murra Kecil.

Risalah buku "Musa Versus Firaun" (Lentera Hati-2011) menuliskan, bahwa Musa bersama sekitar 6.000 orang seolah tidak ada pilihan, selain dua hal yang sama-sama tidak mereka kehendaki: mati di tangan Firaun atau tenggelam di laut!

Keadaan kian kritis dengan semakin dekatnya bala tentara Firaun. Orang-orang Bani Israil dapat melihat secara jelas kereta-kereta perang bergerak cepat menuju ke arah mereka. Demikian pula Firaun dan tentaranya bisa melihat rombongan besar pimpinan Nabi Musa.

Orang-orang dari kelompok Nabi Musa panik. Masing-masing dicekam rasa takut yang luar biasa. "Kita benar-benar akan tersusul", ujar para pengikut Musa. Tetapi Musa  berusaha menenangkan mereka. Ia pun menjawab ketakutan kaumnya : "Sekali-kali tidak (akan tersusul ), sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia  akan memberiku petunjuk kepadaku (menuju keselamatan)" --QS 26:62.

Musa tidak tahu perihal peristiwa yang bakal terjadi di masa depan. Hanya saja ia yakin sepenuhnya Allah pasti akan menyelamatkan dirinya dan para pengikutnya, tanpa diketahui bagaimana penyelamatan itu terjadi. Bala tentara Mesir tinggal tunggu aba-aba Firaun, sementara Musa dan kawan-kawan terus terjebak ke timur.

Menjelang matahari terbenam, mereka tiba di lepas pantai yang berhadapan dengan laut. Saat itulah mukjizat terjadi. "Pukullah dengan tongkatmu laut" Maka terbelahlah laut...dst(QS.26:63-68). Demikianlah, Musa melintas di atas jalan menyusul terbelahnya Laut Merah diikuti orang-orangnya. Dan Allah menenggelamkan para pengejarnya, termasuk Firaun.  

Duabelas Mata Air

Lepas dari pengejaran Firaun dan bala tentaranya, Nabi Musa dan para pengikutnya terus berjalan. Tentu saja lelah. Ketika para pengikutnya kehausan karena berjalan di bawah terik matahari, mereka meminta kepada Musa agar diberikan air. Nabi Musa kemudian diperintah Allah SWT untuk memukulkan tongkatnya pada bebatuan, dan seketika itu memancarlah 12 mata air, sesuai jumlah suku yang ikut.  

Menikmati 'senandung' Nabi Musa di Laut Merah (Dok Pribadi)
Menikmati 'senandung' Nabi Musa di Laut Merah (Dok Pribadi)
Duabelas suku tidak perlu saling berebut mendapatkan air. Mereka mendapatkan bagiannya masing-masing. Menariknya jejak sumur tersebut masih ada hingga saat ini. Dari duabelas mata air itu, tersisa tiga yang bertahan dan cuma satu yang mampu mengeluarkan air.

***

Zaman "now" banyak orang kuat, pandai, dan berilmu pula. Apakah cukup kuat hatinya bisa mengikuti perintah Allah, "Berkata-katalah yang lemah lembut" atau "Bertuturlah dengan kata yang baik-baik". Jangan-jangan malah berbelok sebaliknya, kasar dan sangar!

Persoalan peradaban jauh sungguh lebih penting. Pendorong munculnya kejayan Islam dalam sejarah terletak pada tingginya peradaban yang di upayakan melalui ilmu pengetahuan.

Al-Quran memberikan arahan (petunjuk, nasihat, intisari, dan pelajaran) dari kisah yang sedang dipaparkan baik di sela-sela kisah maupun di akhir cerita. Ini dawuh (Jawa: penjelasan) Al-Quran!

Tubuh saya merasakan kehangatan tepi Laut Merah. Dulu, tentara Mesir mengejar Nabi Musa. Sekarang, tentara Mesir berjaga-jaga sebelum memasuki petilasan mata air Nabi Musa. Kisah Nabi Musa benar-benar "bersenandung" merdu di segala waktu. Uap sejarah mulai terhirup, mengalir hidup.

Tulisan sebelumnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun