Lepas dari pengejaran Firaun dan bala tentaranya, Nabi Musa dan para pengikutnya terus berjalan. Tentu saja lelah. Ketika para pengikutnya kehausan karena berjalan di bawah terik matahari, mereka meminta kepada Musa agar diberikan air. Nabi Musa kemudian diperintah Allah SWT untuk memukulkan tongkatnya pada bebatuan, dan seketika itu memancarlah 12 mata air, sesuai jumlah suku yang ikut. Â
***
Zaman "now" banyak orang kuat, pandai, dan berilmu pula. Apakah cukup kuat hatinya bisa mengikuti perintah Allah, "Berkata-katalah yang lemah lembut" atau "Bertuturlah dengan kata yang baik-baik". Jangan-jangan malah berbelok sebaliknya, kasar dan sangar!
Persoalan peradaban jauh sungguh lebih penting. Pendorong munculnya kejayan Islam dalam sejarah terletak pada tingginya peradaban yang di upayakan melalui ilmu pengetahuan.
Al-Quran memberikan arahan (petunjuk, nasihat, intisari, dan pelajaran) dari kisah yang sedang dipaparkan baik di sela-sela kisah maupun di akhir cerita. Ini dawuh (Jawa: penjelasan) Al-Quran!
Tubuh saya merasakan kehangatan tepi Laut Merah. Dulu, tentara Mesir mengejar Nabi Musa. Sekarang, tentara Mesir berjaga-jaga sebelum memasuki petilasan mata air Nabi Musa. Kisah Nabi Musa benar-benar "bersenandung" merdu di segala waktu. Uap sejarah mulai terhirup, mengalir hidup.
Tulisan sebelumnya:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H