Walaupun langit pada malam itu //Bermandikan cahaya bintang//Bulanpun bersinar betapa indahnya//Namun menambah kepedihan
Kuakan pergi meninggalkan dirimu//Menyusuri liku hidupku//Janganlah kau bimbang dan janganlah kau ragu//Berikanlah senyuman padaku
Selamat tinggal kasih sampai kita jumpa lagi//Aku pergi tak kan lama//Hanya sekejap saja kuakan kembali lagi//Asalkan engkau tetap menanti….
Tergelitik oleh suara gitar, semua segera merapat di bawah tenda, siap-siap menggugah lagu-lagu lama. Hits Minggus Tahitoe bukan satu-satunya lagu yang dinyanyikan secara bersama. Ada juga “Kerinduan” (The Rollies-1979); “Reflections Of My Life” (The Marmalade-1972); “Cinta Hampa” (D’Llloyd-1972), dan lain-lain.
Hampir semua lagu hafal dinyanyikan Eko Wienarto. Suami dari Maria Dian Andriana, wartawati senior Antara itu punya hobi menyanyi sejak masa kuliah. Sekarang suaranya menjadi hiburan tak terpisahkan bagi rekan-rekannya. Memutar kembali jarum kenangan dari kebun di Pamulang.
Jumpa Lagi
Bagi sebagian wartawan dan aktivis media massa, Surabaya merupakan kota spesial. Di kota pahlawan itu terdapat AWS (Akademi Wartawan Surabaya), sebuah pendidikan jenjang sarjana muda bidang kewartawanan pertama kali di Indonesia.
AWS didirikan para pemerhati media dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Surabaya, Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) Cabang Surabaya, Departemen Penerangan Provinsi Jawa Timur, dan kantor- kantor dinas penerangan pemerintah sipil serta militer di Surabaya. Kelahiran AWS bertolak dari keprihatinan atas realitas wartawan di media massa, kurang memiliki bekal ilmu jurnalistik dan keterampilan kerja kewartawanan.
Kendati sudah hampir jam tiga sore matahari belum juga bersinar. Para hadir mengakhiri pertemuan. Suasana menjadi hening. Perasaan mereka masih hanyut oleh kenangan silam. Rupanya Budiono Darsono dan Hana Budiono cukup tanggap. Mereka mengujar pesan, “Jangan kapok, lain kali boleh jumpa lagi di sini”
“Pemilik rumah pandai menyenangkan tamu” kata Djoko “Iwan” Irawanto. Iwan mantan Pemred Majalah “Tilik Desa” terbit di Surabaya, kawan BDI di komunitas kolektor replika lokomotif kereta api. Selain jurnalis, Iwan dan BDI punya kesamaan hobi, yakni koleksi lokomotif model kuno serta lokomtif modern. Iwan dan Siane sudah tidak asing lagi bagi kita, meskipun bukan alumni AWS/STIKOSA.
Tatkala berpamitan, BDI dan Hana Budiono mengantarkan sambil menelakupkan kedua telapak tangan membentuk “salam”. Mereka tetap berdiri dalam posisinya, ingin melepas tetamunya sampai hilang dari pandangn mata….