Mohon tunggu...
Arifin BeHa
Arifin BeHa Mohon Tunggu... Penulis - Wartawan senior tinggal di Surabaya

Wartawan senior tinggal di Surabaya. Dan penulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Persahabatan Itu Bagaikan Kencing di Celana

24 Oktober 2016   06:19 Diperbarui: 1 Januari 2017   13:48 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikatan Keluarga Alumni Stikosa/AWS saat Munas, giliran kirim foto untuk alumni di Jakarta

Dalam dua tahun terakhir, kesadaran publik kerap tercurahkan melalui WhatsApp yang populer disingkat WA. Model pesan berantai seolah menyihir kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks ini, sejumlah komunitas jejaring sosial WA menjadi fenoma hebat, menembus hampir semua lapis kehidupan. Muncul kemudian sebutan WAG (WhatsApp Group) di berbagai sektor, apakah itu grup sekretariat negara, grup bisnis, grup arisan, grup reuni sekolah, grup slengekan hingga grup di tempat-tempat ibadah. Maka ramailah berbagai komunitas membentuk jejaring WA Grup disesuaikan dengan latar belakang historis setiap komunitas. Aspek mendasar yang terdapat dalam kehidupan jejaring adalah terdapatnya hubungan, siapa terhubung kepada siapa dan adanya penularan, siapa menularkan apa kepada siapa.

Persahabatan yang terjalin tidak hanya cerdas, tetapi juga dipenuhi oleh berbagai pesan berantai- termasuk diselingi berbagai foto dan gambar- termasuk menawarkan solusi jika ada persoalan di sekitarnya. Orang-orang di sekitarnya itu adalah para kerabat atau para sahabat.

Secara pribadi saya terkoneksi dengan beberapa WAG, antara lain:

  • Takmir Masjid AL Muslimun Rungkut Barata Surabaya, komunitas tempat ibadah berada di dekat rumah.
  • Keluarga AWS/STIKOSA, komunitas rekan alumni Akademi Wartawan Surabaya yang di kemudian hari menjadi Sekolah Tinggi Komunikasi
  • KeluargaMuslim HR SURYA, komunitas para sahabat tempat dimana saya pernah berkarya sebagai wartawan
  • ALUMNI JOKODOLOG, jejaring sosial para wartawan dari beberapa suratkabar dan media online. Jokodolog merupakan representasi dari markas Persatuan Wartawan Indonesia Cabang Jawa Timur yang berada di Jl. Taman Apsari, Surabaya persis berhadapan situs Patung Jokodolog. Di markas ini tempat kami menikmati macam-macam kehidupan profesi wartawan.

Diluar itu masih ada beberapa grup lagi. Namun sengaja dihapus karena kurang memiliki aroma silaturahim. Yang ada cuma celetukan nyinyir tanpa manfaat, bahkan mendatangkan hal-hal negatif yang menghapuskan energi positif.

Keluarga AWS/STIKOSA kirim foto kepada sahabatnya di Surabaya
Keluarga AWS/STIKOSA kirim foto kepada sahabatnya di Surabaya
Dari Group WA Takmir Masjid AL Muslimun, terhimpun kabar penting. Generasi baru mulai mewarnai kiprah dakwah  menuju masjid yang makmur. Ibarat kendaraan mereka langsung masuk persneleng 4. Dalam berkomunikasi antara lain juga memanfaatkan teknologi WA. Proses kaderasi sempat membikin generasi senior “terkaget-kaget” dengan cara dan style bahasa orang muda. Namun, alhamdulillah, selama niatnya baik, maka ada saja solusi terbaik.

Keluarga AWS/STIKOSA anggotanya banyak beraktivitas di Jakarta. Untuk menjaga silaturahim, mereka rajin kopi darat, alias bertemu secara fisik. Kalau sudah begitu, foto-foto mereka terkirim ke WAG selalu heboh, menandakan hangatnya arti persahabatan. Keberadaan grup AWS/STIKOSA sudah berjalan dua tahun. Lebih mengutamakan azas kekeluargaan, tidak lebih dan tidak kurang.

Sementara itu Keluarga Muslim HR SURYA beda lagi. Pesan tersampaikan sangat religi, tidak jarang dilengkapi kutipan ayat Al Quran dan hadist Nabi. Bahkan satu rekan senantiasa mengingatkan jadwal awal sholat subuh.

Sarana Ampuh

Hebatnya jejaring sosial ini untuk menggalang empati sungguh terbukti. Hari Sabtu (22/10/2016) selepas sholat maghrib, kontak WAG ALUMNI JOKODOLOG dikejutkan informasi, salah seorang sahabat, mantan Wapimred sebuah koran  “tersandera” rumahsakit di Surabaya.

Dimotori oleh salah seorang senior wartawan, anggota WAG saling kontak. Dalam waktu singkat terkumpul uang sebesar Rp 4.900.000. Malam itu beberapa anggota grup mendatangi rumah kawan yang sedang sakit. Ini tentu bukan persoalan dana, tetapi lebih karena salah paham saja. Terbukti dia sudah boleh pulang. Kawan ini mengalami kemunduran fisik, selain susah mendengar, juga mengalami komplikasi penyakit jantung, diabetis dan kanker usus. Ini namanya ujian iman.

Alumni JOKODOLOG mengunjungi Kafe KopiTen milik Ali Salim di Jl. Gemini 11 Surabaya
Alumni JOKODOLOG mengunjungi Kafe KopiTen milik Ali Salim di Jl. Gemini 11 Surabaya
Media sosial ini merupakan sarana ampuh memotivasi gerakan berbagi. Kurang dari 3 jam kebutuhan seorang teman yang harus membayar biaya pengobatan dapat teratasi meskipun penyumbang bukanlah dari kalangan berduit. Kelompok WA bukan cuma sekadar berbagi informasi, nasehat agama atau sekedar guyonan, tapi bisa mewujudkan kerja nyata menggalang dukungan sifatnya darurat dan mendesak. Langkah kecil ini menunjukkan setiap orang bisa berpartisipasi sesuai kemampuan tanpa merasa sedang membesar-besarkan atau mengecilkan dirinya. Semua merasa terpanggil dan berbagi.” tulis Ali Salim, mantan redaktur senior Surabaya Post dan mantan aktivis DPRD Jawa Timur, melalui pesan WAG.

Teman-teman di WA Grup, apapun namanya yakinlah kepedulian terhadap lingkungan para sahabat merupakan inovasi yang bakal melahirkan karya bernilai. Media jejaring, tidak hanya dapat menularkan emosi, baik secara positif ataupun negatif, namun juga dapat menghubungkan temannya teman dalam suatu hubungan yang akrab dan intim.

Sebuah persahabatan itu bagaikan kencing di celana. Setiap orang dapat melihat, tapi (tetap) hanya kita yg bisa membedakan rasa hangatnya.

Eh...jangan kencing beneran di celana lho, ya! Ini cuman kiasan kok! Héhéhé...

Salam sehat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun