Fenomena kehidupan hari ini memunculkan berbagai macam perwujudan karakteristik manusia. Fenomena ini mempengaruhi cara penilayan, perlakukan bahwan sampai dengan standarisasi desain lingkungan sosialnya dipengaruhi oleh hal tersebut. Banyak yang mengatakan bahwa mereka ini adalah Generasi Z. Maksud Generasi Z disini adalah analisis yang muncul dari para psikolog dunia yang memutuskan lebeling ini untuk digunakan sebagai pendekatan penilaian kepada generasi muda hari ini.
Dalam kurun waktu yang belum lama, kita juga menemui satu fenomena alam yaitu Covid-19 yang sangat menggemparkan kehidupan manusia di seluruh dunia. Kita tidak akan membahas mengenai bagaimana virus ini bekerja, tapi yang ingin kita lihat adalah dampak sosial yang diakibatkan dari sisi pembentukan karakter generasi hari ini.
Seperti yang kita ketahui, bahwa adanya fenomena Covid-19 mengubah seluruh bentuk aktivitas manusia, mulai dari bentuk pendidikan dalam dunia sekolah, universitas, bahkan dalam pendidikan karakter sejatinya yang dilakukan oleh organisasi -- organisasi kepemudaan juga mengalami perubahan yang sangat besar. Formula harus berubah namun bayak yang belum bisa untuk berubah.
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan sistem pendidikan tradisional (skema pembelajaran dengan tatap muka), dengan skema online menggunakan sofware aplikasi. Banyak kalangan yang mengatakan bahwa ada perubahan dari sisi efektifitas pendidikan yang diberikan, jika dari segi nilai itu sangat mudah untuk diberikan, namun untuk menyakinkan bahwa peserta didik mampu dan paham akan pelajaran yang diberikan belum tentu,"ujar salah satu dosen di universitas swasta di Indonesia".
Selain itu, dari beberapa kalangan organisasi kepemudaan juga menganggap bahwa ini merupakan sebuah hambatan, dimana karakter generasi Z ini merupakan generasi yang lembek, dan tidak dapat diberikan perlakukan yang tradisional seperti yang dilakukan dalam masa pendidikan organisasi "kaderisasi" ditambah mereka alumni Covid -19 yang membentuk karakter ingin menerima sesuatu yang instan saja. suatu kombinasi yang sangat matang dan menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar untuk para pelaku pendidik baik dari pengajar di dunia perkuliahan, sekolah dan lain- lain sampai dengan para pendidik di organisasi-organisasi kepemudaan.
Kita akan kembali mengupas sebenarnya generasi Z itu apa sih. Generasi Z merupakan generasi muda yang lahir sekitar tahun 1997-2012 atau anak yang berusia sekitar 11-27 tahun. Mereka terlahir dan tumbuh langsung di dunia digital atau teknologi yang memberikan banyak kemudahan, cepat, instan, sekaligus banyak rintangan, sehingga mereka terdidikan oleh lingkungan yang  serba instan.
Psikolog Tara de Thouars menyebut alasan generasi Z bisa kreatif dan inovatif. Salah satunya karena menganggap pengalaman adalah segalanya. Akses pengalaman generasi Z berbeda dengan generasi sebelumnya, referensi informasi sangat memadai karena mereka lahir dengan tunjangan perkembangan teknologi yang sangat besar dimana arus informasi didapatkan dengan sangat mudah dan tidak terbatas. Daya tangkap para generasi Z lebih kearah fenomena yang tersebar di dunia maya sehingga variasi ide, gagasan lebih kreatif dibanding dengan generasi sebelumnya. Sebut saja salah satu contoh seperti aktivitas kampus, dimana dulu kita sering mengadakan agenda seminar yang menghadirkan peserta dan pembicara dalam satu tempat. sekarang berbeda dan konsep tersebut tidak berlaku. konsep seminar hari ini sudah berbentuk ruang pendidikan dalam sosial media yang sering dinamakan "webinar", atau seminar dalam bentuk online. Itu merupakan desain generasi Z hari ini, mereka bisa mendisain suatu agenda besar yang butuh banyak sumber daya menjadi sangat simpel. Sungguh sangat canggih kan ide mereka ini.
Generasi Z alumni Covid-19 sebetulnya kreatif, inovatif, sangat ambisius, open minded (berpikiran terbuka), ingin mencoba hal-hal baru yang sebetulnya tidak ada di generasi-generasi sebelumnya. Mereka mempunyai segudang ide yang dapat menjadi aspek yang berbeda dari gambaran aktivitas sebelumnya. Kreativitas Gen Z berbeda dengan generasi sebelumnya, termasuk Gen X dan Boomer, yang menjadikan loyalitas dan kerja keras sebagai nilai utama.
Tuntutan besar generasi di era teknologi 5.0
Saya merujuk pada hasil survei yang memberikan gambaran sekitar 46 persen Gen Z memiliki pekerjaan sampingan yang menjadi skema hidup yang terjadi hari ini, berpandangan perlu memiliki uang tambahan karena angka kebutuhan generasi hari ini lebih banyak daripada sebelumnya, dan memiliki koneksi sebagai suatu keharusan dengan memanfaatkan konektivitas jaringan yang mudah untuk didapatkan. Sikap itu berbeda dengan generasi pendahulunya, termasuk generasi milenial, yang tidak seperti ini.
Kemudian, sekitar 62 persen Gen Z juga selalu tertantang hal baru dan berwirausaha, kehidupan Gen Z sering mengikutsertakan paradigma keuntungan dalam setiap tindakan yang dia buat, baik keuntungan finansial ataupun pengakuan utamanya. Menurut survei, bukan hanya punya banyak keinginan dan kemauan tetapi mereka juga punya perhatian pada bisnis. Sehingga kita juga perlu mendesain lingkungan yang sesuai jika ingin mempermudah pergaulan dengan para Gen Z.
Kesibukan Gen Z yang dapat dijadikan contoh bahwa setiap tindakan orinetasinya adalah keuntungan seperti jadi kreator konten dan menghasilkan sesuatu dari situ. Gen Z juga sudah mulai menggaungkan work life balanced (keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan) juga penting. Tidak hanya kerja tetapi kehidupan personal, kesehatan mental itu penting.
Berbicara tantangan, Gen Z menghadapi banyak tuntutan dari generasi sebelumnya, termasuk orang tua, dan bahkan diri sendiri. Belum lagi, adanya kompetisi atau persaingan, hidup dengan media sosial dengan segala dampak negatifnya. Tantangan yang didapatkan adalah pada pembentukan karakter dan moralitas suatu generasi untuk hari ini, sehingga perlu ada perhatian dari sisi perlakuan dan pengawalan untuk generasi karena memang era yang sudah sangat berbeda sehingga mereka adalah wujud nyata karakter manusia hari ini.
Generasi hari ini bukan tidak memiliki tantangan yang sangat besar, dibanding dengan generasi sebelumnya, jika ditinjau dari pembentukan karakter dan moralitas ditengah perkembangan teknologi hari ini yang menempatkan informasi yang tak terbendung dan dampak Covid-19 dengan skema pendidikan yang tidak selesai membentuk kepribadian generasi hari ini dirasa mereka akan sangat mudah terjerumus kedalam pergaulan bebas. Mereka punya tuntutan besar ke diri sendiri, kompetisi. Mereka harus tumbuh dengan media sosial dengan segala dampak negatifnya, membandingkan diri dengan yang lain, FOMO (fear of missing out atau kekhawatiran ketinggalan sesuatu yang sedang tren) dan lainnya. Belum lagi kebutuhan hidup semakin tinggi.
Karena terlahir di dunia serbadigital dengan segala kemudahan dan rintangan, plus perbedaan kultur dengan generasi-generasi sebelumnya, tak jarang kondisi itu membuat mereka dipandang sebelah mata, tapi meskupun begitu, mereka ini adalag generasi yang harus diberikan pendidikan dengan segala bentuk tantangan yang dimiliki.
Generasi Z alumni Covid  banyak diistilahkan dengan kata-kata Gen Z itu FOMO-an, cuek, mager (malas gerak), enggak sopan, agresif atau impulsif, banyak banget yang disematkan kepada Gen Z oleh generasi sebelumnya. Mereka lahir dengan lingkungan yang serba kecukupan, dengan kemudahan akses yang diberikan oleh perkembangan dunia digital hari ini membawa mereka untuk menjadi pribadi yang instan dan bersaing dengan lingkungan yang masih proses penyesuaian dengan situasi hari ini. Meski demikian, Gen Z dikatakan amat spesial karena punya karakter dan visi yang sebetulnya kuat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI