Prolog
Pendidikan Guru Penggerak (PGP) di Indonesia merupakan salah satu inisiatif Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk menciptakan guru-guru yang mampu menjadi agen perubahan dalam sistem pendidikan. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam PGP adalah Alur Belajar Merdeka, yang terdiri dari tujuh tahap: Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata. Alur ini sejalan dengan prinsip-prinsip Deep Learning yang dijelaskan oleh John Hattie dalam bukunya Visible Learning for Mathematics: What Works Best to Optimize Student Learning (2017). Artikel ini akan menganalisis bagaimana Alur Belajar Merdeka dapat dioptimalkan dengan menerapkan prinsip-prinsip Deep Learning menurut Hattie.
1. Mulai dari Diri
Tahap pertama dalam Alur Belajar Merdeka adalah Mulai dari Diri, di mana guru diajak untuk merefleksikan kebutuhan, minat, dan tujuan belajarnya. Prinsip Deep Learning menurut Hattie menekankan pentingnya self-regulation (pengaturan diri) dalam proses belajar. Guru perlu memiliki kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dirinya serta menetapkan tujuan belajar yang jelas. Hattie menyatakan bahwa self-regulation memiliki efek size (dampak) sebesar 0,54, yang termasuk dalam kategori tinggi dalam mempengaruhi hasil belajar (Hattie, 2017). Dengan demikian, refleksi diri yang mendalam pada tahap ini akan membantu guru mengidentifikasi area yang perlu dikembangkan.
2. Eksplorasi Konsep
Pada tahap Eksplorasi Konsep, guru diajak untuk menggali pengetahuan baru melalui berbagai sumber dan metode. Prinsip Deep Learning yang relevan di sini adalah surface learning (pembelajaran permukaan) yang kemudian berkembang menjadi deep learning. Hattie menjelaskan bahwa pembelajaran efektif dimulai dengan pemahaman dasar (surface) sebelum beralih ke pemahaman yang lebih mendalam (deep). Guru perlu diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi konsep-konsep baru melalui bacaan, diskusi, atau pengalaman langsung sebelum menghubungkannya dengan konteks yang lebih kompleks.
3. Ruang Kolaborasi
Tahap Ruang Kolaborasi menekankan pentingnya kerja sama antar guru untuk saling belajar dan berbagi praktik baik. Hattie menegaskan bahwa collaborative learning (pembelajaran kolaboratif) memiliki efek size sebesar 0,42, yang menunjukkan dampak positif terhadap hasil belajar. Kolaborasi memungkinkan guru untuk saling memberikan umpan balik (feedback), mengembangkan ide-ide baru, dan memperluas perspektif. Dalam konteks PGP, ruang kolaborasi dapat menjadi wadah untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti komunikasi, kreativitas, dan pemecahan masalah.
4. Demonstrasi Kontekstual
Pada tahap Demonstrasi Kontekstual, guru diajak untuk menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari dalam situasi nyata. Prinsip Deep Learning yang relevan adalah transfer of learning . Hattie menjelaskan bahwa pembelajaran yang bermakna terjadi ketika peserta didik mampu menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks yang berbeda. Dalam PGP, guru dapat menunjukkan kemampuan mereka melalui simulasi mengajar, pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), atau proyek kecil yang relevan dengan kebutuhan siswa.
5. Elaborasi Pemahaman
Tahap Elaborasi Pemahaman mendorong guru untuk memperdalam pemahaman mereka melalui analisis, sintesis, dan evaluasi. Prinsip Deep Learning yang sesuai adalah metacognitive strategies (strategi metakognitif). Hattie menyatakan bahwa strategi metakognitif memiliki efek size sebesar 0,60, yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Guru perlu dilatih untuk merenungkan proses belajar mereka, mengevaluasi pemahaman, dan mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.
6. Koneksi Antar Materi
Tahap Koneksi Antar Materi mengajak guru untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya. Prinsip Deep Learning yang relevan adalah integrative thinking (pemikiran integratif). Hattie menekankan bahwa pembelajaran yang efektif terjadi ketika peserta didik mampu melihat hubungan antara konsep-konsep yang berbeda. Dalam PGP, guru dapat diajak untuk membuat peta konsep, merancang proyek interdisipliner, atau mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran.
7. Aksi Nyata
Tahap terakhir, Aksi Nyata, mendorong guru untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dalam praktik mengajar sehari-hari. Prinsip Deep Learning yang sesuai adalah impact (dampak). Hattie menjelaskan bahwa tujuan akhir dari pembelajaran adalah menciptakan dampak positif bagi siswa. Guru Penggerak diharapkan dapat menjadi teladan dan inspirasi bagi rekan sejawat serta meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah mereka.
Epilog
Alur Belajar Merdeka dalam Pendidikan Guru Penggerak di Indonesia sejalan dengan prinsip-prinsip Deep Learning menurut John Hattie. Dengan menerapkan tahap-tahap seperti refleksi diri, eksplorasi konsep, kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi antar materi, dan aksi nyata, guru dapat mengoptimalkan proses belajar mereka. Prinsip-prinsip Deep Learning seperti self-regulation, collaborative learning, transfer of learning, dan metacognitive strategies dapat menjadi panduan untuk meningkatkan efektivitas Alur Belajar Merdeka. Dengan demikian, guru tidak hanya menjadi penerima pengetahuan, tetapi juga agen perubahan yang mampu menciptakan dampak positif dalam sistem pendidikan.
Referensi:
Hattie, J. (2017). Visible Learning for Mathematics: What Works Best to Optimize Student Learning. Corwin Press.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI