Mohon tunggu...
Arif Rahman Hakim
Arif Rahman Hakim Mohon Tunggu... -

Wong cilik yang hobi menulis, membaca, dan main pingpong

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenangan Meliput Aksi Bela Islam Bersama Pipit

30 Mei 2017   16:55 Diperbarui: 30 Mei 2017   17:40 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku dan Pipit memoleskan odol di sekitar mati saat terjadi penembakan gas air mata dalam Aksi Bela Islam, Jumat (4/11/2016) di samping Istana Presiden, Jl Veteran III Jakarta Pusat. (Foto: Dok. Arif RH)

Pada hari keempat puasa Ramadan ini aku teringat pada teman yuniorku, Aprilia Rahapit. Ada yang memanggilnya April, ada pula yang memanggilnya Pipit. Di lingkungan keluarganya dan teman-teman dekatnya gadis ini dipanggil Pipit.

Pipit bergabung dengan situs berita Obsessionnews.com tempatku bekerja pada tahun 2016. Sebelumnya dia bekerja sebagai reporter sebuah TV dan sebuah media online di Bogor, Jawa Barat. Pada awalnya dia wartawan ekonomi, lalu mengembangkan potensinya dengan menulis berita-berita hiburan, hukum, dan politik.

Ulet. Itu ciri khas Pipit. Dan juga pandai bergaul. Ia mudah mendapat teman-teman baru saat liputan.

Selain menulis, talenta lain yang dimiliki Pipit adalah menyanyi dan berakting. Suaranya lumayan merdu. Sementara di dunia seni peran Pipit pernah ikut bermain sinetron seri OK-Jek pada 2016.

Gadis yang masih single ini sayangnya tak dapat meneruskan kariernya di Obsessionnews.com. Ia mengundurkan diri bekerja pada Februari 2017, karena mengurus ibunya yang sakit. Pada Maret 2017 ibunya berpulang ke rahmatullah. Inna lillahi wa inna illaihi ra jiun. Aku bersama teman-teman sekantor bertakziah ke rumah duka di Bogor.

Pipit memutuskan bekerja di Bogor agar dekat dengan rumahnya, dan sekaligus irit ongkos, he he he.....Saat ini dia bekerja sebagai tenaga marketing di sebuah perusahaan properti di kawasan Sentul, Kabupaten Bogor. Dunia marketing bukan hal baru baginya. Sebab, jauh sebelum menjadi jurnalis Pipit merintis karier sebagai sales girl di sebuah perusahaan asuransi. Dan hebatnya ia mencatat terbanyak memperoleh klien.

Kadang kala muncul kerinduannya ingin menjadi wartawan lagi. "Tapi, nggak tau kapan ya kembali jadi wartawan. Sekarang konsentrasi dulu cari calon pembeli properti," kata Pipit ketika aku hubungi via telepon pekan lalu.

Aksi Bela Islam

Aku dan Pipit memiliki kenangan yang mengesankan saat meliput Aksi Bela Islam di Jakarta yang menuntut Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok ditangkap dan dipenjara karena diduga menodai agama Islam.

Aku dan Pipit memoleskan odol di sekitar mati saat terjadi penembakan gas air mata dalam Aksi Bela Islam, Jumat (4/11/2016) di samping Istana Presiden, Jl Veteran III Jakarta Pusat. (Foto: Dok. Arif RH)
Aku dan Pipit memoleskan odol di sekitar mati saat terjadi penembakan gas air mata dalam Aksi Bela Islam, Jumat (4/11/2016) di samping Istana Presiden, Jl Veteran III Jakarta Pusat. (Foto: Dok. Arif RH)
Jumat (4/11/2016) siang aku dan Pipit menuju ke sekitar Istana Presiden untuk meliput Aksi Bela Islam atau yang populer disebut Aksi 411. Aku, Pipit, dan sejumlah wartawan lainnya berhasil melewati barikade polisi di Jl Veteran III, di samping Istana Presiden. Dan hanya di lokasi itu saja kami bisa meliput.

Aksi demo semakin memanas seusai sholat maghrib. Tak jauh dari Jl Veteran III terdengar beberapa kali tembakan gas air mata. Aku dan Pipit segera memoleskan odol di sekitar mata untuk menangkal gas air mata.

Aku dan Pipit meliput Aksi Bela Islam Jumat (2/12/2016) di depan Masjid Istiqlal, Jakarta. (Foto: Dok. Arif RH)
Aku dan Pipit meliput Aksi Bela Islam Jumat (2/12/2016) di depan Masjid Istiqlal, Jakarta. (Foto: Dok. Arif RH)
Aku dan Pipit kembali meliput Aksi Bela Islam pada Jumat (2/12/2016) atau dikenal dengan sebutan Aksi 212. Tuntutan para demonstran sama: penjarakan Ahok si penista agama Islam! Jumlah peserta Aksi 212 jauh lebih banyak dari Aksi 411. Aku dan Pipit hanya bisa meliput di sekitar Stasiun Juanda dan Masjid Istiqlal. Nggak bisa menuju ke Istana Presiden atau lapangan Monas karena saking banyaknya manusia yang berunjuk rasa dan super ketatnya pengamanan dari polisi dan tentara.

Aku dan Pipit bersyukur bisa menjadi saksi aksi umat Islam yang spektakuler dalam sejarah Republik Indonesia, aksi yang damai, aksi tanpa kekerasan. (***)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun