Mohon tunggu...
arif gumantia
arif gumantia Mohon Tunggu... Bankir - Ketua Majelis Sastra Madiun

Ketua Majelis Sastra Madiun, Gusdurian Madiun, Rumah cerdas matematika Delta Madiun.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

"Bilang Begini Maksudnya Begitu", Review Buku Sapardi Djoko Damono

12 Juli 2019   11:13 Diperbarui: 12 Juli 2019   11:41 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: gramedia pustaka

Perkembanga puisi erat kaitannya dengan perkembangan bahasa, oleh karena itu Penyair harus cermat dalam memilih kata dan gaya bahasa. Penyair memang sering dikatakan bisa menciptakan bahasa 'baru' karena memiliki licentia poetica atau hak khusus dalam menulis sastra. Setidaknya mampu dan memiliki hak untuk menciptakan ungkapan baru. (Hal 72). Atau sebaliknya, penyair bisa juga kembali ke bahasa klasik untuk mengusahakan kecermatan ekspresi seperti yang dilakukan oleh penyair Amir Hamzah.

Karya sastra sering menyediakan jawaban bagi berbagai persoalan, oleh karena itu penyair sering memberikan amanat bagi pembacanya, penyair ingin membantu pembaca yang mencari pegangan dalam menghadapi masalah dalam rohaninya. 

Bagian ini dibahas Sapardi dalam bab Iman: Manusia dan Pencipta, dengan memberi contoh contoh puisi salah satunya adalah puisi panjang Goenawan Mohamad yang berjudul Gatoloco, puisi yang bersumber pada karya klasik jawa yang erat kaitannya dengan tasawuf, yakni serat Gatholoco. Puisi yang menggoda kita untuk mempertimbangkan dan merenungkan hubungan kawula-Gusti.

Di kebudayaan manapun di belahan dunia ini puisi banyak ditulis sebagai bagian dari simpati kepada orang susah. Hal ini juga dibahas oleh Sapardi, dengan memberi contoh dari puisi Toto Sudarto Bachtiar "Gadis peminta-minta"

Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil

Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka

............................

Duniamu lebih tinggi dari menara katedral

Melintas-lintas di atas air kotor, tetapi yang begitu kauhafal

Jiwa begitu murni, terlalu murni

Untuk bisa membagi dukaku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun