Dalam cerita Ryunosuke, Gael, kappa sang direktur pabrik mengajak tokoh Aku yang terdampar di dunia kappa untuk mengunjungi pabrik buku. Ia memperlihatkan bagaimana buku dibuat; melemparkan kertas, tinta dan serbuk otak keledai ke dalam mesin cetak. Ia juga menceritakan bagaimana mesin-mesin baru terus berkembang dan pengangguran menjadi wabah baru di tengah masyarakat. Kendati demikian, tidak ada aksi pemogokan di dunia kappa. Karena di sana, terdapat sebuah undang-undang tentang pembantaian pekerja, di mana penganggur akan dibantai dan dagingnya akan dimakan oleh sesama kappa.
"Di negerimu (dunia manusia), beberapa di antara gadis-gadis tingkat rendahan menjadi pelacur, bukan? Kalau kau muak makan daging pekerja, itu Cuma sentimentalisme saja"
Ryunosuke kemudian seolah 'menampar' para pembacanya dengan kutipan-kutipan dari buku Kata-kata si Tolol karya Mag, si filsuf dari dunia kappa. Saya sendiri suka yang satu ini:
"Kita kurang bahagia jika dibandingkan dengan manusia. Manusia belum begitu tinggi kemajuannya dibandingkan dengan kappa"
Terkait dengan agama dan kepercayaan, Ryunosuke menceritakan bagaimana tokoh Aku diajak oleh Lap, si kappa mahasiswa ke sebuah kuil pemujaan yang megah. Di sana, ia bertemu dengan kappa pendeta yang kemudian membimbing tokoh Aku untuk menyusuri kuil dan memberikan penjelasan atas patung-patung yang ada di kuil.
Anehnya, pendeta itu memiliki rahasia, bahwa sebenarnya ia pun tidak percaya kepada dewa pujaannya. Ketika pendeta itu tengah membeberkan rahasianya, ia kemudian terlempar oleh kappa betina yang mengatakan bahwa pendeta itu telah mencuri dompetnya untuk digunakan mabuk-mabukan oleh si pendeta.
Dengan pengalaman-pengalaman 'aneh' tokoh Aku di dunia kappa tersebut, ia mulai tidak betah tinggal lebih lama di dalamnya. Ia mencari jalan keluar untuk kembali ke dunia manusia. Sebelum benar-benar pergi dari dunia kappa, ia ditanya oleh kappa yang membantunya mencari jalan keluar.
"Yakinkah, Anda tidak akan menyesal meninggalkan negeri ini?"
Akhirnya, tokoh Aku berhasil kembali ke dunia manusia. Namun, ia justru merasa aneh dan menghindari manusia. Setelah mencoba beradaptasi, ia kemudian meninggalkan rumah untuk sebuah perjalanan. Di stasiun, ia ditangkap polisi dan dibawa ke sebuah rumah sakit jiwa. Di sana, ia divonis menderita Skizofrenia oleh dokter. Namun, oleh dokter dari dunia kappa yang mengunjunginya lewat saluran air, ia dinyatakan sehat jasmani & rohani.
*
Satu kesimpulan menarik yang saya tangkap dari buku ini adalah bagaimana penyeragaman-penyeragaman yang ada justru telah menimbulkan pengasingan bagi individu-individu yang unik. Bahwa ada upaya-upaya normalisasi atas kondisi yang tidak adil. Sehingga barang siapa yang tidak mengamini kondisi tersebut bakal terbuang, atau dianggap gila oleh konstruksi sosial yang seragam tersebut.