Dalam kasus tersebut, pasien dipilihkan teknik grounding. Pasien diminta untuk keluar rumah agar dapat banyak stimulus yang bisa ditangkap, selain itu dengan keluar rumah atau keluar ruangan pasien bisa mendapatkan cahaya matahari secara langsung sehingga bisa menurunkan mood depresi.
Pasien diminta menyebutkan 5 hal yang bis akita lihat, 4 hal yang bisa dipegang (dirasakan melalui kulit), 3 hal yang bisa didengar, 2 aroma yang bisa dihirup, dan 1 hal yang bisa dirasakan dengan lidah (misal mencicipi makanan tertentu).Â
Pasien diarahkan agar ia menyadari banyak hal di sekitar kita yang bisa kita fokuskan, dibandingkan memikirkan pacar atau mantan pacar yang tidak memberi kontribusi yang baik pada pasien tersebut.Â
Dalam hal ini, pacar atau mantan pacar pasien bersikap lebih egois, tidak mau mengerti kondisi pasien.Â
Pasien juga telah memutuskan hubungan tersebut karena merasa pacar atau mantan pacar tersebut lebih banyak cuek dan tidak perhatian kepada pasien.
Setelah teknik grounding tersebut, pasien diarahkan untuk berpikir bahwa banyak hal yang bisa kita fokuskan untuk dipikirkan.Â
Kemudian pasien tiba-tiba mendapatkan insight bahwa ternyata ia harus fokus untuk mencari pekerjaan dan bisa menyekolahkan adiknya.Â
Kemudian setelah ia mendapatkan insight tersebut, pasien diarahkan untuk apresiasi diri sendiri dengan cara memenuhi kebutuhan fisiknya, seperti makan cukup nutrisi, minum cukup, istirahat cukup. Kemudian sesi konseling pada pagi tersebut berakhir.Â
Semoga insight tersebut bertahan lama dan segera bisa menemukan aktivitas yang produktif untuk rencana-rencananya.
Referensi:
Tull, Matthew T.; Gratz, Kim L.; Chapman, Alexander L. 2016. The Cognitive Behavioral Coping Skills Workbook for PTSD - Overcome Fear and Anxiety and Reclaim Your Life. Oakland CA : New Harbinger Publications, Inc.