Menunggu tanpa kepastian akan membuat kita merasa sakit dan timbullah perubahan diri dalam ruang lingkup. Itulah yang kita lihat dalam diri Sasori ketika menginjak dewasa. Sasori dianggap sebagai pahlawan karena jasanya sebagai seniman dalam pembuatan boneka di Desa Suna. Meski pekerjaannya yang cepat dan bagus, namun Sasori memiliki sikap yang dingin, cuek, dan hanya fokus dalam pekerjaannya.
Seorang seniman pasti akan melakukan beberapa eksperimen untuk menciptakan karya-karya yang baru dan bermanfaat. Terkadang, eksperimen ekstrim dan di luar nalar bisa saja dilakukan jika seorang seniman memiliki kreativitas yang tinggi dan haus akan sesuatu yang baru. Obsesi yang di luar nalar dan nekat bisa saja menimbulkan sebuah kejahatan. Kejahatan datang dari pelbagai kesempatan. Kesempatan dalam berkaryalah yang dicoba oleh Sasori dalam memulai aksi kejahatannya.
Dengan mengikuti prinsip seninya Plato & Rousseu “seni adalah hasil peniruan alam dengan segala isinya”, Sasori memulai eksperimen boneka gilanya untuk pesanan dari Nenek Chiyo. Karena tidak suka membuat orang lain menunggu, Komushi, yang merupakan penghubung antara Sasori dan Nenek Chiyo, menjadi korban pertama yang sebelumnya telah dijebak dengan tangan tiruan yang diselundupi racun dan menjadikannya boneka pertama yang terbuat dari manusia.
Tidak hanya Komushi, catatan kriminal Sasori pun bertambah dengan menculik dan membunuh Kazekage ketiga dan menjadikannya sebagai boneka favorit dari ribuan boneka manusia yang dimilikinya. Karena itulah Sasori di cap sebagai ninja kriminal beranking S sehingga bergabung dengan Akatsuki.
Melihat kejadian ini, efek dari sakitnya menunggu dan menyadari sendiri realita yang terjadi cukup mengerikan. Andai saja Nenek Chiyo saat itu tidak pandang usia terhadap Sasori dalam menginformasikan berita kematian orang tuanya, hal ini mungkin tidak akan terjadi. Berucaplah dengan jujur dan apa adanya meski itu menyakitkan. Sasori pasti sedih dan patah hati jika diberitahu kabar tersebut, tapi itu hanya sementara. Selebihnya, Sasori bisa saja secara batiniah telah ikhlas dan merelakan kepergian orang tuanya.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di instagram @pnmediaid
Terima kasih. Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H