Mohon tunggu...
Arif Syamsul
Arif Syamsul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Utopis

Universitas Pasundan

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

5 Lagu yang Didengarkan Selama Pandemi

15 November 2021   22:10 Diperbarui: 15 November 2021   22:21 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu tahun telah berlalu dan pandemi masih saja belum usai. Tidak terasa sebentar lagi tahun 2021 akan segera berakhir. Kalian sudah melakukan apa saja selama pandemi ini? Ah, mungkin sama seperti saya – sekolah/kuliah, nongkrong, meningkatkan soft skill, dan bucin (khusus buat yang punya saja, ya! HAHAHA).

Selama Pandemi, beberapa anak muda mulai melakukan kegiatan-kegiatan yang seproduktif mungkin untuk menghilangkan kejenuhan. Saya pun selama pandemi ini terbilang menjadi manusia produktif: ikut ini, ikut itu agar punya atau menambah pengalaman untuk bekal nanti. Selain itu, dalam dunia permusikan, saya pun mulai mencoba mendengarkan band-band baru di luar playlist musik spotify-ku. Terkadang diri ini merasa malu karena beberapa musik ini sudah ramai didengarkan oleh orang lain sebelum pandemi. Tapi tak mengapa, tidak ada kata terlambat untuk melakukan sesuatu yang baru, kan?

Kini playlist spotify-ku kian menambah dengan band-band baru yang telah kudengar. Sering kepikiran dalam benak saya “kenapa dulu gak pernah nonton live band ini, ya?”. Menyesal tidak ada gunanya, kawan! Karena itu, saya ingin membagikan beberapa band yang saya dengar selama pandemi ini – juga ingin sedikit bercerita. Apa sajakah band-nya? Cek di bawah ini!

1.  Sigmun

deathrockstar.com
deathrockstar.com

Setiap mendengar kata Sigmun, pasti beberapa dari kalian akan menjurus ke salah satu tokoh psikolog yang bernama Sigmund Freud: seseorang yang mencetus aliran psikoanalisis dalam bidang ilmu piskologi – yang kental dengan teori seputar alam bawah sadar – yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Teori tokoh psikolog tersebut menjadi sebuah inspirasi sehingga tercetuslah nama Sigmun yang musik-musik enakeun-nya masih didengar sampai kini.

Band yang disemati “Psychedelic Rock” oleh DCDC ini lahir di kota Bandung circa 2011 oleh sekumpulan anak FSRD ITB, yakni Haikal (gitar/vokal), Jono (gitar), Mirfak (Bass), dan Tama (drum). Desas-desus band Sigmun mulai terdengar saat debut album Crimson Eyes yang terbit pada November 2015 (Waw, sudah mau enam tahun). Siapa sangka, album tersebut masuk dalam daftar 20 Album Indonesia terbaik versi Rolling Stone Indonesia.

Saya akan mengamini jika dua lagu awal Sigmun yang saya dengar: Devil in Disguise & Ozymandias, menjadi alasan album ini masuk nominasi album terbaik. Pembuka lagu Devil in Disguise membuat saya kagum dengan lantunan gitar dan dentuman drumnya yang memberi kesan mistis – ditambah dengan judul lagunya yang ada kata setan-setannya. Merinding!

Tapi, lagunya bukan membahas tentang setan, kok. Dilansir dari balebengong.id yang mewawancari band Sigmun di tengah tur album Crimson Eyes di Jawa-Bali, Jono membeberkan jika lagu tersebut menceritakan tentang politik dan politikus. Haikal juga menambahkan jika lagu tersebut berfokus ke struktur lagu daripada makna dan temanya.

Lagu Ozymandias menjadi penutup pada album Crimson Eyes. Dentuman drum oleh Tama di awal lagu seperti pertanda jika sudah berada pada penghujung acara dengan suguhan musik yang memukau. Juga Jono yang bersolo gitar dengan jamming di akhir lagu menunjukkan jika album ini layak untuk didengar oleh orang-orang. Lagu tersebut terinspirasi dari salah satu tokoh serial komik Watchmen dan sebuah puisi berjudul Ozymandias ciptaan Percy Bysshe Shelley, seorang penyair dari Inggris.

2. Seringai

tagar.id
tagar.id

Untuk band yang satu ini, saya merasa kampungan sekali karena baru mendengar lagu-lagunya pada saat pandemi – tidak dari dulu. Apalagi pada saat itu, saya menghiraukan dan pulang saja saat band tersebut menjadi penutup di acara Indie Blash 2019 di Bandung.

Saya mulai tertarik dengan Seringai saat kawan kerja saya membeli merchandise-nya berupa baju. Artwork yang terbilang keren membuat saya mencoba memutar lagunya ketika sedang mengerjakan tugas kuliah. Dimulai dari urutan pertama dalam spotify, muncullah lagu “Selamanya” yang merupakan lagu andalan dalam album Seperti Api; yang lahir pada 2018. Distori gitar yang kental dari Ricky dan Suara khas Heavy Metal dari Arian diramu dan menjadi padu sehingga melahirkan karya-karya yang ajib untuk didengarkan.

Apalagi, dalam album Taring terdapat lagu yang berjudul “Dilarang di Bandung”. Mengetahui lagu tersebut seperti “Edan. Lembur aing kasebut, euy!” Tapi, dibalik kebanggaan itu, terdapat cerita kelam dalam lagu tersebut. Dilansir dari DCDC, Lagu ini tercipta atas keresahan para musisi metal/komunitas underground karena terberengusnya mereka untuk menyelenggarakan event-event di Bandung pada saat itu. Penyebabnya adalah tragedi memilukan saat band Beside menggelar launching album perdana mereka di Gedung Asia Afrika Culture Center (AACC). Konser yang awalnya berjalan baik-baik saja, tapi tiba-tiba menjadi sebuah musibah ditengah jalannya acara. Konser yang tidak kondusif tersebut mengakibatkan 11 anak muda Bandung harus meregang nyawa di tengah kerumunan pada 9 Februari 2008.

3. Koil

wartakota.tribun
wartakota.tribun

Awalnya, saya melihat postingan instagram mantan bos saya – yang dilihat dari caption-nya – telah menulis sebuah jurnal “Ini Semua Hanyala (Majalah) Fashion” sebagai bonus dalam peluncuran seri installment terbarunya Koil yang bertajuk “Second Installment” dalam format kaset pita. Saya heran melihat ia begitu terkesima dan bangga telah menulis bagian cerita dari Koil. Tanpa basa-basi, saya langsung coba mendengarkan lagu-lagu dari band tersebut.

Saya langsung tertuju pada album Blacklight yang rilis pada tahun 2008. Beberapa lagu yang saya dengar terdapat pesan yang memberitahukan bagaimana kondisi negara kita tercinta, khususnya dalam lagu: Kenyataan dalam Dunia Fantasi & Sistem Kepemilikan. Apalagi penggalan lirik dari lagu Sistem Kepemilikan, yakni “Ini negara bodoh yang sangat aku bela”, menginterpretasikan jika kita ini masih sayang dengan negara walau pemerintahannya terkadang banyak tingkah. HAHAHA.

Setelah mendengarkan lagu-lagu tadi disusul dengan lagu yang cukup santai dan enak sembari mengerjakan tugas kuliah yang tidak ada hentinya maupun menemani waktu santai. Ya, saya merekomendasikan lagu: Semoga Kau Sembuh Pt. 2 & Suaramu Merdu. Lirik-lirik yang menyentuh ini seperti menjadi antitesis dari lagu-lagu yang lain dalam album Blacklight.

Ada kejadian yang unik selama mendengarkan lagu dari band ini. Setelah saya comeback bermain twitter lagi pada 2018, saya nge-follow akun twitter @midiahn yang selalu membagikan tweet-tweet receh/lucu. Saya baru menyadari beberapa bulan kemarin kalau akun twitter tersebut adalah kepunyaan dari si Otong Koil. Damn!

4. FSTVLST

spotify.com
spotify.com

Band Indie asal Yogyakarta ini menarik perhatian saya untuk mendengarkan semua lagu-lagunya. Setelah mendengar lagu-lagunya, menurut saya, lirik-lirik dalam setiap lagunya seperti tercipta dari keresahan atas masalah-masalah yang terjadi saat itu.

Tak setuju maka beda kubu. Tak sepaham lantas baku hantam. Yang seiman saling menerakakan. Merekalah kerumunan yang lupa. Bahwasanya aku, kau, mereka sama”. Terlihat sekali jika penggalan lirik dari lagu Orang-orang di Kerumunan ini seperti sebuah lingkaran atau blok yang memliki paham yang sama dan menolak mentah-mentah untuk orang yang berbeda dari lingkaran mereka. Padahal -- mereka semua ini -- jika dilihat dari mata Tuhan -- adalah semua sama. Farid Stevy dkk memang peka dengan kondisi yang terjadi saat itu. Tcakep!

5. Polka Wars

tribun-timur
tribun-timur

Polka Wars memiliki daya tarik tersendiri bagi saya dari setiap lagu-lagunya – terutama dalam album Bani Bumi. Kata-kata metafora atau kiasan pada lirik-lirik lagu bahasa Ibunya membuat tabungan kata saya menambah untuk diaplikasikan dalam tulisan-tulisan saya yang dibuat. Contohnya dalam lagu Bunga, Alkisah, Rimba, dan Suar.

Tapi, cinta pertama dalam mendengarkan lagu Polka Wars saya adalah lagu Rangkum. Dari pertama mendengar kaya “Njir, Aing gak nemu makna dari liriknya, sih. Sulit banget!”. Tapi, saat menonton video clip-nya di kanal You Tube, saya agak tertakjub dan kaget. Bahwasanya pesan-pesan dari lirik tersebut adalah tentang seorang lelaki yang kebingungan, kesepian, dan ingin pulang. Ya, maksud dari ingin pulang itu adalah ingin pulang ke rumah Tuhan. Tragis...

Karena tidak bisa menafsirkan secara total dalam lagu Rangkum, saya pun mencoba membedah gaya bahasa yang terdapat dalam lagu Bunga. Jika ingin baca, sila klik di sini.

Sebenarnya masih banyak lagi band-band yang didengar selain yang di atas. Tapi, kelima band tersebut cukup mendominasi dalam playlist laguku. Apakah kalian mendengarkan lagu yang sama juga? Tulis di kolom komentar, ya!

Terima kasih
Semoga bermanfaat!

Daftar pustaka:

http://www.gilanada.com/membongkar-makna-kehidupan-di-balik-pesan-audiovisual/
https://bali.tribunnews.com/2016/03/07/terinspirasi-sigmund-freud-band-asal-bandung-masuk-20-album-indonesia-terbaik
https://www.djarumcoklat.com/coklatnews/bangkitnya-kelompok-psychedelic-rock-asal-bandung-sigmun
https://www.djarumcoklat.com/coklatnews/advokasi-kami-adalah-ayat-berjudul-dilarang-di-bandung
https://text-id.123dok.com/document/7q0ee7xly-profil-personil-band-fstvlst.html
https://balebengong.id/sigmun-dari-komik-watchmen-surealisme-freud-dan-black-sabbath/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun