Dalam bait ketujuh menggunakan majas personifikasi. Personifikasi terdapat pada kata sabar dan bahagia; merupakan wujud yang abstrak -- secara tidak langsung mencoba berdiam diri dengan tidak menyapa layaknya manusia dan tidak mempedulikannya.Â
Bunga
Ku bertanya
Dimana dia berada
Sepi hariku
Dalam bait kedelapan menggunakan majas personifikasi. Personifikasi dalam bait tersebut adalah seseorang yang bertanya pada "Bunga" sebagai sesuatu selain manusia untuk mengetahui keberadaan seseorang.Â
Bunga
Ku bertanya
Gulita bersemayam
Di nadiku
Di hatiku
Dalam bait kesembilan menggunakan majas personifikasi. Personifikasi dalam bait tersebut; selain baris kesatu dan kedua, baris ketiga dan keempat dalam kata gulita (sebagai sesuatu yang bukan manusia) yang bersemayam (perilaku manusia) dalam organ tubuh.Â
Bentang, ribu mega menghalang
Meronta
Dalam bait kesepuluh menggunakan majas hiperbola. Sebelumnya, hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan baik jumlah, ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan untuk menekan, memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Hiperbola terdapat pada kalimat "ribu mega menghalang", awan-awan mencoba menghalangi perjalanannya dalam mencari sesuatu terkesan tidak masuk akal dan terlalu berlebihan.Â
Apakah ku hanya sisaan arang?
Dalam bait kesebelas menggunakan majas erotesis. Sebelumnya, merupakan majas yang mengungkapkan sesuatu dalam bentuk pertanyaan yang tidak menuntut atau memerlukan suatu jawaban. Dari liriknya mungkin saja dia hanya bergumam apakah dirinya pantas sebagai sisaan arang dalam kehidupannya.Â
Menangkan
Jiwa raga
Purna batiku'kan kuasa
Oh sukma paripurna
Dalam bait keduabelas menggunakan majas klimaks. Sebelumya, klimaks merupakan gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan atau makin meningkat kepentingannya dari gagasan atau ungkapan sebelumnya. Kata menangkan mendapat penekanan dan meningkat menjadi; jiwa yang telah didapatkan lagi; kesempurnaan hatinya telah dikuasai; dan jiwa telah utuh sempurna.Â