boneka antik yang kini ada di tangan putrinya, Nawal. Apa yang aneh dari boneka ini? Mengapa aku merasa begitu gelisah? pikirnya. Boneka itu, dengan gaun renda putih dan mata kaca biru yang tampak hidup, segera menjadi kesayangan Nawal.
AMELIA merasakan jantungnya berdetak kencang saat melihatPerempuan itu mulai  merasa ketidaknyamanan yang tak dapat dijelaskan terhadap boneka tersebut. Mungkin ini hanya perasaanku saja. Bagaimanapun, ini hanya boneka, bukan? gumamnya dalam hati. Namun, mengingat itu adalah peninggalan dari nenek mereka yang baru saja meninggal, ia tak ingin mengecewakan putrinya. Nenek sangat mencintai Nawal. Mungkin boneka ini bisa menjadi pengingat yang baik.
Kejadian-kejadian aneh mulai terjadi tak lama setelah boneka itu masuk ke rumah mereka. Mainan Nawal berpindah tempat dengan sendirinya, suara tawa kecil terdengar dari kamar Nawal saat malam hari, dan Nawal mulai berbicara dengan seseorang yang ia sebut "teman barunya," meskipun tidak ada orang lain di sana. Amelia semakin khawatir ketika Nawal mulai mengalami mimpi buruk yang mengerikan dan mengatakan bahwa boneka itu membisikkan hal-hal menakutkan padanya.
"Dia bilang namanya Lila," kata Nawal suatu malam, dengan mata lelah dan wajah pucat. "Dia bilang dia ingin bermain dengan kita selamanya."
Amelia memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang boneka tersebut. Ia menelusuri arsip keluarga dan menemukan bahwa boneka itu dulunya milik seorang gadis kecil bernama Lila yang tewas secara tragis dalam kebakaran rumah pada tahun 1920-an. Lila diduga memiliki kemampuan supranatural dan dikabarkan masih menghantui boneka kesayangannya.
Ketika perilaku Nawal semakin aneh dan mengkhawatirkan. Perilaku Nawal benar-benar semakin melampaui batas normal. Tangannya gemetar tak terkendali, bisik-bisik samar terdengar dari mulutnya, dan tatapannya kosong dan mengarah ke boneka Lila yang selalu ia genggam. Amelia, seorang ibu yang penuh kasih sayang, tak mampu lagi menenangkan anak perempuannya. Keputusannya untuk mencari bantuan dari seorang paranormal tak lagi terelakkan.
Pak Ahmad, paranormal yang telah di rekomendasikan oleh tetangganya, datang dengan wajah keriput yang seakan menyimpan segudang cerita. Matanya yang cekatan mengamati Nawal dan boneka Lila dengan seksama. Sesekali, ia menggerakkan tangannya dan menutupi wajahnya dengan kedua tangan, seakan merasakan sesuatu yang tidak terlihat oleh mata biasa. Setelah beberapa saat, Pak Ahmad mengangkat kepalanya dan menatap Amelia dengan tatapan penuh keprihatinan. Dengan suara serak, ia menjelaskan bahwa roh Lila terjebak dalam boneka tersebut dan berusaha mengendalikan Nawal untuk menyelesaikan urusan yang belum tuntas semasa hidupnya.
"Kita harus melakukan upacara untuk membebaskan roh ini," kata Pak Ahmad dengan suara berat. "Jika tidak, Nawal bisa berada dalam bahaya besar."
Amelia, dengan hati yang penuh ketakutan dan harapan, setuju untuk melakukan upacara tersebut. Malam itu, mereka menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dan mulai melaksanakan upacara di ruang tamu, di bawah cahaya lilin yang redup. Pak Ahmad melafalkan mantra-mantra kuno, doa dan suasana di dalam rumah semakin mencekam.
Saat upacara mencapai puncaknya, boneka itu tiba-tiba bergerak. Mata kaca birunya bersinar dengan cahaya aneh, dan Nawal menjerit. "Dia tidak mau pergi!" teriak Nawal, suaranya terdengar jauh lebih tua dari usianya.
Pak Ahmad terus melafalkan mantra dan doanya, sementara Amelia memegang tangan Nawal dengan kuat. Tiba-tiba, sebuah kekuatan tak terlihat merobohkan Pak Ahmad ke lantai. Boneka itu tertawa, suara yang berasal dari masa lalu yang kelam.
Namun, di saat yang sama, Nawal terdiam. Mata kaca boneka itu tiba-tiba pecah, dan rumah tersebut kembali sunyi. Amelia menarik napas lega, berpikir bahwa mereka telah berhasil.
Namun, ketika Amelia mengangkat boneka yang sekarang tak bernyawa itu, dia menemukan sesuatu yang mengejutkan. Di dalam boneka itu, tersembunyi di balik gaun renda putih, terdapat sebuah surat tua. Dengan tangan gemetar, Amelia membuka surat tersebut dan mulai membacanya.
Surat itu ditulis oleh Lila sendiri, menceritakan kisah tragisnya. Lila bukanlah roh jahat seperti yang mereka pikirkan. Dia adalah anak yang ketakutan yang terjebak dalam api karena kesalahan ayahnya yang mabuk. Ayahnya, yang mencoba menutup-nutupi kebakaran tersebut, menyegel roh Lila dalam boneka kesayangannya, berharap dapat melupakan kejadian mengerikan itu.
Dan ternyata, Pak Ahmad adalah keturunan langsung dari ayah Lila yang berusaha menebus dosa-dosa leluhurnya dengan mengusir roh Lila. Namun, roh Lila tidak ingin pergi karena dia merasa satu-satunya tempat yang aman adalah di dalam boneka tersebut. Saat upacara tersebut, Lila mencoba melindungi Nawal dari rasa sakit yang dia alami, bukan untuk menyakitinya.
Amelia, yang kini memahami penderitaan Lila, memutuskan untuk menyimpan boneka itu di tempat yang aman dan damai, berharap Lila akhirnya dapat beristirahat dengan tenang. Nawal, yang kini kembali ceria, sering berbicara kepada boneka itu dengan lembut, seperti berbicara kepada teman lama yang sangat ia sayangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H