Mohon tunggu...
AArdi
AArdi Mohon Tunggu... Buruh - buruh

menulis dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara dari Masa Lalu

14 Juli 2024   10:29 Diperbarui: 14 Juli 2024   10:30 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, di saat yang sama, Nawal terdiam. Mata kaca boneka itu tiba-tiba pecah, dan rumah tersebut kembali sunyi. Amelia menarik napas lega, berpikir bahwa mereka telah berhasil.

Namun, ketika Amelia mengangkat boneka yang sekarang tak bernyawa itu, dia menemukan sesuatu yang mengejutkan. Di dalam boneka itu, tersembunyi di balik gaun renda putih, terdapat sebuah surat tua. Dengan tangan gemetar, Amelia membuka surat tersebut dan mulai membacanya.

Surat itu ditulis oleh Lila sendiri, menceritakan kisah tragisnya. Lila bukanlah roh jahat seperti yang mereka pikirkan. Dia adalah anak yang ketakutan yang terjebak dalam api karena kesalahan ayahnya yang mabuk. Ayahnya, yang mencoba menutup-nutupi kebakaran tersebut, menyegel roh Lila dalam boneka kesayangannya, berharap dapat melupakan kejadian mengerikan itu.

Dan ternyata, Pak Ahmad adalah keturunan langsung dari ayah Lila yang berusaha menebus dosa-dosa leluhurnya dengan mengusir roh Lila. Namun, roh Lila tidak ingin pergi karena dia merasa satu-satunya tempat yang aman adalah di dalam boneka tersebut. Saat upacara tersebut, Lila mencoba melindungi Nawal dari rasa sakit yang dia alami, bukan untuk menyakitinya.

Amelia, yang kini memahami penderitaan Lila, memutuskan untuk menyimpan boneka itu di tempat yang aman dan damai, berharap Lila akhirnya dapat beristirahat dengan tenang. Nawal, yang kini kembali ceria, sering berbicara kepada boneka itu dengan lembut, seperti berbicara kepada teman lama yang sangat ia sayangi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun