3.Dampak Psikologis
Manipulasi melalui flexing dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental orang lain. Mereka yang merasa tidak mampu mencapai standar yang dipamerkan mungkin mengalami perasaan rendah diri, iri hati, bahkan kecemasan. Flexing semacam ini juga dapat memperparah masalah ketidakpuasan terhadap diri sendiri, terutama bagi mereka yang sudah memiliki kerentanan emosional. Misalnya, seseorang yang terus-menerus melihat unggahan teman-temannya tentang kesuksesan atau barang mewah dapat merasa dirinya kurang berhasil.
DAMPAK SOSIAL DARI FLEXING
Fenomena flexing, membawa dampak signifikan bagi masyarakat. Meski terkadang dianggap sebagai cara untuk mengekspresikan kebahagiaan atau motivasi, flexing juga memiliki sisi gelap yang berpotensi memengaruhi hubungan sosial, pola konsumsi, hingga nilai-nilai budaya. Ketika sebagian orang memamerkan barang-barang mewah, liburan, atau pencapaian, mereka secara tidak langsung menonjolkan jurang antara mereka yang memiliki lebih banyak sumber daya dan mereka yang tidak. Orang-orang dari kelompok yang kurang mampu dapat merasa tersisih atau bahkan dikucilkan dari norma sosial yang “baru,” yang sering kali didasarkan pada kemampuan finansial untuk mengikuti gaya hidup tertentu. Hal ini dapat meningkatkan kecemburuan sosial dan memperdalam ketegangan antar lapisan masyarakat.
Maka dari itu, penting bagi kita untuk mengatasi fenome flexing secara bijak dan tetap memprioritaskan nilai-nilai kejujuran, integritas, dan kesehatan mental dalam menjalani kehidupan di era media sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H