Mohon tunggu...
Arifania Ayu Prasasti
Arifania Ayu Prasasti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Fenomena Flexing Di Era Digital : GAYA HIDUP ATAU EKSISTENSI SEMU?

10 Desember 2024   18:00 Diperbarui: 10 Desember 2024   19:24 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media sosial telah menjadi bagian tepenting dari kehidupan modern. Di era ini, sering kali seseorang memamerkan kekayaan, pencapaian, atau barang mewah di media sosial. Fenomena ini tumbuh subur di platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, yang memungkinkan penggunanya menampilkan kehidupan mereka secara visual, serta sering kali terlihat sempurna dan glamor.

Namun, di balik citra kesempurnaan itu,tentu memicu berbagai reaksi dan kontroversi. Ada yang menganggapnya sebagai cara mengekspresikan diri dan menunjukkan keberhasilan, namun tidak sedikit pula yang memandangnya sebagai bentuk manipulasi sosial untuk membangun citra diri, dan fenomena tersebut disebut dengan istilah flexing.

Flexing berasal dari kata “flex” yang secara harfiah artinya memperhatikan atau menunjukkan sesuatu. Flexing merujuk pada tindakan memamerkan kekayaan, pencapaian, atau barang-barang mewah. Flexing biasanya memiiki tujuan yaitu untuk mendapatkan pengakuan, pujian atau validasi dari orang lain. Fenomena ini biasanya terjadi di media sosial, dimana seseorang secara sengaja menampilkan atau mengupload aspek-aspek tertentu dari hidup mereka yang dianggap mengesankan atau mengagumkan.

Flexing menjadi salah satu cara untuk membangun citra diri yang diinginkan, meskipun kadang-kadang tidak sesuai dengan realitas yang sebenarnya. Sebagian besar seseorang yang melakukan tindakan flexing lebih menekankan pada barang-barang material seperti mobil mewah, pakaian mahal, tas atau sepatu branded dan rumah megah, tetapi tidak sedikit juga seseorang flexing mengenai pencapaian pribadi, seperti penghargaan hingga jabatan bergengsi. Tujuan utamanya yaitu untuk menciptakan kesan sukses dan kemewahan, sehingga sering kali membuat orang lain yang melihat menjadi iri hati atau dengki dan menimbulkan kesenjangan sosial.

FLEXING SEBAGAI GAYA HIDUP

Sebagai gaya hidup modern Flexing sering kali menjadi sarana ekspresi diri. Bagi sebagian orang, memamerkan pencapaian atau barang yang mereka miliki bukanlah semata-mata untuk pamer, melainkan sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras mereka. Misalnya, seseorang yang memposting foto rumah barunya atau jalan-jalan ke luar negeri, mungkin hanya ingin berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Selain itu, flexing juga bisa menjadi sumber motivasi bagi orang lain untuk meraih kesuksesan.

Beberapa alasan mengapa flexing dianggap sebagai gaya hidup :

1.Sebagai Ekspresi Kebahagiaan

Banyak orang memandang flexing sebagai cara untuk berbagi kebahagiaan. Ketika seseorang membagikan momen spesial seperti kelulusan atau liburan impian, hal itu sering dilakukan bukan untuk pamer, melainkan untuk mengabadikan kenangan dan membaginya dengan orang terdekat.

2. Sumber Motivasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun