Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, kita akan dihadapkan dengan berbagai persoalan rumit dan masalah yang datang silih berganti. Namun tanpa kita sadari, semua permasalahan yang kita lalui menyimpan banyak pelajaran yang bisa kita petik.
1. Lika-liku Jalan Kehidupan
Kehidupan bukanlah garis lurus dari satu titik ke titik lainnya, melainkan sebuah coretan abstrak yang mengantarkan kita ke tempat yang tak bisa di tebak. Ada kalanya kenyataan jauh dari yang kita harapkan, namun pasti takdir-Nya lah yang terbaik.
Yang kita benci bisa jadi itu yang terbaik untuk kita dan yang kita sukai bisa jadi itu yang terbiruk untuk kita. Dahulu semasa kanak-kanak, orang tua kita melarang memakan permen/coklat dengan jumlah yang banyak, padahal itu sesuatu yang kita sukai dan ingini, kenapa mereka melarang? Karena mereka tahu bahwa itu bisa merusak kesehatan gigi. Kalaulah orang tua lebih "care" dengan anaknya, maka Allah Subhanu Wata'ala jauh lebih tahu tentang hamba-Nya.
2. Universitas Kehidupan
Saat lulus SMA, lalu mengikuti tes ujian masuk perguruan tinggi, setelah itu memasuki bangku perkuliahan hingga lulus meraih gelar sarjana dan mendapat pekerjaan yang diimpikan, tentu jalannya tidak mudah. Harus melewati fase-fase pahit, mulai dari kesehatan fisik/mental, kekurangan biaya hingga skripsi yang harus berkali-kali di revisi. Lamaran pekerjaan yang ditolak dan kesulitan-kesulitan lainnya sebelum meraih kesuksesan.
Kehidupan ini ibarat sebuah Universitas tanpa batas dari mulai kita dilahirkan ke dunia hingga ajal memisahkan, kita dituntut untuk terus belajar. Ujian yang menimpa kita itu tak lain merupakan pelajaran langsung dari Allah SWT untuk memberikan kita lebih banyak pengalaman dan dari pengalaman itulah kita mendapat banyak pelajaran. Sedangkan kurikulumnya sudah ada dalam Kitab Suci Al-Qur'an dan Hadits. Masalah yang datang itu laksana SKS yang harus kita tuntaskan. Kegagalan yang kita hadapi adalah cara-Nya memberi tahu kita bahwa ada yang perlu kita revisi didalam hidup.
Jangan pernah menyerah, jangan mundur sebelum selesai di medan tempur, karena satu-satunya cara yang terbaik untuk mengatasi kesulitan adalah menghadapinya. Begitupun dalam perjalanan hidup, masalah yang datang bukan untuk dihindari melainkan untuk dihadapi.
Setelah tahap demi tahap itu selesai, tiba masanya nanti prosesi wisuda, dimana mahasiswa meluapkan ekspresi kegembiraannya setelah bergelut dengan berbagai problema yang dihadapi selama di Kampus. Di dalam kehidupan, akan ada saatnya kita meluapkan ekspresi kebahagiaan setelah berjuang dan bersabar di dalam menghadapi persoalan dunia.
3. Berkaca Dari Kisah Nabi
Belajar dari kisah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wa Salam, umur 4 bulan dalam kandungan Ayahanda wafat, tak sempat merasakan hangatnya belaian seorang Ayah, saat Nabi masih kanak-kanak giliran Sang Ibunda yang wafat, sehingga beliau diasuh oleh Kakek Abdul Muthallib, namun kurang lebih hanya 3 atau 4 tahun Nabi diasuh oleh kakek beliau. Saat usia 9 tahun Kakek beliau pun meninggal dunia.
Masa remaja Nabi pun dihabiskan untuk bekerja, mengembala hingga berdagang bersama paman beliau Abu Thalib.
Mengapa sedemikian berat ujian Nabi? Ternyata ada pelajaran dibalik itu semua. Allah sedang melatih Nabi, karena Nabi akan mengemban amanat yang besar dan Rasulullah akan dihadapkan dengan ujian dan persoalan yang lebih berat.
Para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad pun juga diberikan ujian yang lebih berat ketimbang manusia biasa seperti kita. Demikianlah cara Allah mendidik manusia pilihan-Nya.
4. Memperoleh Kebahagiaan
Tujuan dari kuliah, adalah agar mendapat relasi yang luas, pekerjaan yang layak dan yang paling penting memperoleh kebahagiaan. Buat apa juga punya relasi yang luas, jabatan tinggi namun tak memperoleh kebahagiaan. Begitupun dengan Universitas kehidupan, dengan mengikuti kurikulum dari Allah dan berpedoman dengan Al-Qur'an dan Hadits yang diajarkan Rasulullah, insya allah kita akan mampu lulus dari ujian dan memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat.
5. Kesimpulan
Pada intinya, belajar itu sepanjang masa tanpa batas waktu, tempat maupun usia, baik formal maupun non formal.
Ki Hajar Dewantara pernah mengatakan "Jadikanlah setiap tempat itu sekolah dan semua orang itu guru." maksudnya belajarlah dimanapun kita berada, baik di sekolah, di rumah ataupun tempat tongkrongan dan dengan siapapun kita berbaur, tak pedulilah orang itu kaya ataupun miskin. Pelajaran itu bisa datang dari siapa saja dan dalam keadaan apa saja. Mengambil pelajaran dengan mendengarkan cerita dari mereka dan menggali hikmah dibalik sebuah peristiwa bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H