Mohon tunggu...
Arif Alfi Syahri
Arif Alfi Syahri Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

"Hanya Mahasiswa biasa yang mencoba untuk berkarya." •Instagram : @alviysyahri •Email : arifalfisyahri94@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Padri: Pertentangan Kaum Adat-Ulama dan Siasat Belanda

14 Juli 2021   17:38 Diperbarui: 14 Juli 2021   18:00 2657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perang Padri | Penasantri.id

Berbeda dari fase sebelumnya, kaum adat yang mulanya amat membenci kaum Padri kini menentukan sikap untuk mendukung kaum Padri karena merasa dipermainkan oleh Belanda. Kaum adat dan kaum Padri bergerilya melawan pasukan Belanda yang berusaha merebut wilayah kekuasaan. Untuk menghadapi kekuatan besar ini, Belanda mendatangkan pasukan bantuan dari Jawa yang sebelumnya memenangkan Perang Diponegoro dalam jumlah yang besar. Bantuan dari Jawa inilah yang membuat kaum adat dan kaum Padri semakin terdesak.

4. Akhir Perjuangan

Belanda kemudian mengepung benteng Bonjol yang merupakan pusat kekuatan kaum Padri. Pada tanggal 16 Agustus 1837, setelah melalui pertempuran sengit Belanda berhasil menguasai benteng Bonjol. Namun Tuanku Imam Bonjol dan beberapa pejuang lainnya berhasil meloloskan diri. Residen Francis kemudian menyerukan perundingan kepada imam Bonjol. 

Dalam perundingan di Palupuh tanggal 28 Oktober 1837 Imam Bonjol berhasil ditangkap dan diasingkan ke Manado. Penangkapan tersebut menjadi akhir perjuangan dan meruntuhkan perlawanan kaum Padri. Dominasi dan hegemoni kekuasaan Belanda tidak dapat dibendung. 

5. Monolog

Perang Padri telah berakhir, namun ceritanya masih mengalir hingga kini. Ada banyak pelajaran yang bisa kita petik dari peristiwa panjang yang penuh konflik ini. Diantaranya menjauhi sikap egoisme dan fanatisme berlebihan yang membahayakan, memperkuat persatuan agar kokoh dan tidak roboh oleh apapun yang hendak menghancurkan dan senantiasa menjaga ukhwah agar kita tidak mudah terpecah belah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun