Israel merupakan sebuah negara kecil di Timur Tengah yang terletak di pantai timur Laut Mediterania dan berbatasan dengan Mesir, Yordania, Lebanon, dan Suriah. Â Bangsa Israel memiliki populasi lebih dari 8 juta orang, kebanyakan dari mereka adalah Yahudi. Wilayah yang juga diduduki Israel yaitu Jerusalem memiliki banyak situs arkeologi dan religius penting yang dianggap sakral oleh tiga agama samawi yakni Yahudi, Islam dan Kristen. Kota suci tiga agama ini memiliki cerita panjang dalam sejarah yang kompleks dengan periode damai yang sarat akan konflik.Â
Bagi negara Israel, Palestina merupakan tanah yang dijanjikan Tuhan untuk bangsa Israel. Sementara menurut bangsa Arab, Israel adalah tumor penjajahan yang harus dihapuskan. Bagaimana sejarah panjang berdirinya negara Israel? Apa yang melatarbelakanginya?. Penulis telah merangkumnya sebagai berikut:
1. Sejarah Awal Bangsa Israel
Istilah Israel sendiri berasal dari cucu Abraham dan Yacob yang dinamai Israel oleh Tuhan Ibrani. Menurut Alkitab Ibrani asal-usul Israel dapat ditelusuri kembali ke Abraham yang dianggap sebagai bapak Yudaisme. Yahudi sendiri atau Yehuda berasal dari garis keturunan Ishak sementara Islam dari garis keturunan Ismael. Keturunan Abraham (Bangsa Israel) dianggap diperbudak oleh orang Mesir selama ratusan tahun sebelum menetap di Kanaan, yang kira-kira merupakan wilayah Israel modern.
2. Raja Daud dan Raja Salomon
Raja Daud memerintah wilayah itu sekitar 1000 SM. Putranya, yaitu Raja Sulaiman membangun kuil suci pertama di Yerusalem kuno pada waktu itu. Sekitar 931 SM, wilayah itu dibagi menjadi dua kerajaan: Israel di utara dan Yehuda di selatan.
Sekitar 722 SM, orang Asiria menyerbu dan menghancurkan kerajaan Israel di utara. Â Pada 568 SM, orang Babilonia menaklukkan Yerusalem dan menghancurkan kuil pertama, yang digantikan oleh kuil kedua pada sekitar 516 SM.
Selama beberapa abad berikutnya, tanah Israel zaman modern ditaklukkan dan dikuasai oleh berbagai kelompok, termasuk Persia, Yunani, Romawi, Arab, Fatimiyah, Turki Seljuk, Tentara Salib, Mesir, Mamelukes, Islamis, dan lainnya.
3. Mengemis Pada Sultan Abdul Hamid
Seorang tokoh Yahudi, Theodor Herzl berupaya mencari dukungan kepada orang-orang Yahudi kaya di Eropa untuk mewujudkan impiannya mendirikan negara Zionis, namun usaha itu gagal. Ia pun kembali berusaha mendapatkan dukungan dari Kerajaan Inggris yang kemudian menawarkan sebuah wilayah jajahannya yakni Uganda sebagai tempat tinggal untuk Yahudi. Namun tawaran Kerajaan Inggris itu ditolak.
Pada tahun 1896, Herzl dengan berani menemui Sultan Abdul Hamid II untuk meminta agar Yahudi diberikan sepetak tanah di Palestina. Ia pun sempat menawarkan bantuan finansial pada Kerajaan Ottoman yang juga terlilit hutang di sejumlah Bank di Eropa kala itu. Namun dengan tegas Sultan menolak dan tak akan memberikan seinci pun tanah di Palestina.
4. Deklarasi Balfour
Dari tahun 1517 hingga 1917, Israel bersama dengan sebagian besar Timur Tengah, diperintah oleh Kekaisaran Ottoman.
Namun Perang Dunia I secara tidak langsung mengubah lanskap geopolitik di Timur Tengah. Â Pada tahun 1917, di puncak perang, Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour mengajukan surat niat untuk mendukung pembentukan tanah air Yahudi di Palestina. Â Pemerintah Inggris berharap deklarasi resmi tersebut yang kemudian dikenal sebagai Deklarasi Balfour akan mendorong dukungan untuk Sekutu dalam Perang Dunia I.
Ketika Perang Dunia I berakhir pada tahun 1918 dengan kemenangan Sekutu, 400 tahun kekuasaan Kekaisaran Ottoman pun berakhir, dan Inggris Raya mengambil kendali atas apa yang kemudian dikenal sebagai Palestina (Israel modern, Palestina dan Yordania).
Deklarasi Balfour dan mandat Inggris atas Palestina disetujui oleh Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1922. Mayoritas bangsa Arab dengan keras menentang Deklarasi Balfour, khawatir bahwa tanah air Yahudi akan menjadi ancaman bagi orang Arab Palestina.Â
5. Konflik Antara Yahudi dan Arab
Sepanjang sejarah Israel, ketegangan antara orang Yahudi dan Muslim Arab telah ada. Permusuhan yang kompleks antara kedua kelompok itu sudah terjadi sejak zaman kuno ketika mereka berdua menghuni daerah itu dan menganggapnya suci. Baik orang Yahudi dan Muslim menganggap kota Yerusalem suci. Â Ini berisi Temple Mount, yang meliputi situs suci Masjid al-Aqsa, Tembok Barat, Kubah Batu dan banyak lagi.
Sebagian besar konflik dalam beberapa tahun terakhir berpusat pada siapa yang menempati wilayah-wilayah sentral seperti Gaza, Dataran Tinggi Golan dan Tepi Barat.
6. Gerakan Zionisme
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, sebuah gerakan politik dan agama yang terorganisir yang dikenal sebagai Zionisme muncul di kalangan orang Yahudi. Pencetus ideologi Zionisme tersebut adalah seorang wartawan Yahudi Jerman yang bernama Theodor Herzl. Meski pada awalnya ideologi ini mendapat tantangan dari beberapa orang Yahudi, karena menurut kepercayaan Yahudi hanya Messias saja yang berhak menyatukan semua Bangsa Israel di seluruh dunia, tentu hal itu bertentangan dengan ajaran Yahudi. Namun kemudian seiring berjalannya waktu mayoritas Yahudi mendukung Zionisme.Â
Zionis ingin membangun kembali tanah air Yahudi di Palestina. Â Sejumlah besar orang Yahudi berimigrasi ke tanah suci kuno itu dan membangun pemukiman. Â Antara tahun 1882 dan 1903, sekitar 35.000 orang Yahudi pindah ke Palestina. Â 40.000 lainnya menetap di daerah tersebut antara tahun 1904 dan 1914.
7. Nazi Berkuasa
Pada saat Hitler merebut kekuasaan pada tahun 1933, usulan untuk menyelamatkan ras yang "berharga" dengan cara membersihkan ras "yang tidak layak" semakin mengemuka. Penganiayaan dan eksodus dari 525.000 umat Yahudi Jerman dimulai setelah Nazi berkuasa pada tanggal 30 Januari 1933. Banyak orang Yahudi yang tinggal di Eropa dan di tempat lain, takut akan penganiayaan selama pemerintahan Nazi, menemukan perlindungan di Palestina dan memeluk Zionisme. Â Setelah Holocaust dan Perang Dunia II berakhir, anggota gerakan Zionis terutama berfokus pada pembentukan negara Yahudi merdeka.Â
 8. Kemerdekaan Israel
Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui rencana untuk membagi Palestina menjadi negara Yahudi dan Arab pada tahun 1947, tetapi orang-orang Arab menolaknya. Meskipun terdapat penolakan dari bangsa Arab, pada Mei 1948, Israel secara resmi dinyatakan sebagai negara merdeka dengan David Ben-Gurion, kepala Badan Yahudi, sebagai perdana menteri.
Meskipun peristiwa bersejarah ini tampaknya menjadi kemenangan bagi orang Yahudi, itu juga menandai dimulainya lebih banyak kekerasan dan penindasan terhadap orang Arab terutama di Palestina.Â
9. Perang Arab-Israel
Menyusul pengumuman Israel merdeka, lima negara Arab yakni Mesir, Yordania, Irak, Suriah, dan Lebanon segera menyerbu wilayah itu dalam apa yang kemudian dikenal sebagai Perang Arab-Israel 1948. Perang saudara kemudian pecah di seluruh Israel, tetapi kesepakatan gencatan senjata dicapai pada tahun 1949. Sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata sementara, Tepi Barat menjadi bagian dari Yordania, dan Jalur Gaza menjadi wilayah Mesir.
10. Solusi Kedua Negara
Beberapa negara telah mendorong lebih banyak perjanjian perdamaian dalam beberapa tahun terakhir. Banyak yang menyarankan solusi dua negara tetapi mengakui bahwa Israel dan Palestina tidak mungkin menetap di perbatasan. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mendukung solusi dua negara tetapi merasakan tekanan untuk mengubah pendiriannya. Â Netanyahu juga dituduh mendorong permukiman Yahudi di wilayah Palestina.Â
Hingga kini pertikaian antara Israel-Palestina masih terjadi. Tindak kekerasan, penindasan dan anarkisme terus berlanjut menyudutkan Muslim Palestina. Dukungan mayoritas negara anggota PBB tak kunjung membuahkan hasil yang terbaik yaitu Palestina sebagai negara yang merdeka dari Zionis Israel.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H