Mengapa saya menyebutnya penyakit? Alasannya sepele saja, karena tiga penyakit ini seringkali muncul dalam hidup saya. Tiga penyakit ini mengganggu. Saya ulangi sekali lagi, mengganggu. Saya sebetulnya bisa menulis, tapi karena diganggu ya makanya tidak bisa menulis dehdan akhirnya menyesali diri karena tidak juga mulai untuk menulis.Â
Dari pengalaman, saya tahu bahwa penyakit yang menjangkiti penulis amatir seperti saya ini adalah pertama, banyak alasan. Kedua, kemalasan. Dan ketiga, ketakutan. Saya mengajak anda untuk membacanya. Mungkin di antara kita yang sedang diserang tiga penyakit ini seperti saya. Yuk, kita mencoba untuk mengupasnya satu per-satu.
Penyakit pertama, banyak alasan.
Menulis itu membutuhkan energi. Sebab kita harus membaca dan berpikir untuk merangkai kata-kata menjadi tulisan. Alasan ini bisa dimaklumi dan diterima. Makanya saya tidak nulis pas perut lagi kosong dan gak ada tenaga. Saya biasanya makan banyak dulu supaya kuat menghadapi tantangan. Mungkin saran saya, minum susu atau untuk yang alergi susu, minum apalah yang bergizi supaya otak menjadi encer dan bertenaga.
Setelah itu, muncullah alasan kedua. Wah, mas terimakasih atas sarannya. Tapi saya malas membaca nih, gimana donk?Untuk alasan ini, seperti yang sudah saya katakan bahwa menulis memerlukan sumber buku bacaan alias banyak baca. Makanya, pilihan buku mana yang harus dibaca menentukan pikiran yang hendak dituangkan dalam lembaran kertas putih. Misalnya saya hendak menulis tentang budaya. Maka, saya harus memilih budaya yang mana dan mengapa saya ingin membaca serta menuliskannya.Â
Tanya pada diri sendiri, apakah saya tertarik dengan bacaan yang sedang saya baca? Apakah berkesan? Apakah menginspirasi? Sejauh mana itu berguna bagi saya? Pengalaman membuktikan bahwa saya yang masih amatir, saya menulis karena keinginan semata, bukan karena saya tertarik atau berkesan atau menginspirasi atau berguna.Â
Biasanya, saya membaca novel. Seruu broo, karena itu saya terus membaca sampai tidak kenal waktu. Saya inget terus jalan ceritanya. Tapi, untuk anda terserah deh mau baca buku apa. Terserah anda. Suka-suka anda. Yang penting baca. Titik.Dari pengalaman, saya pernah membaca novel Dan Brown berjudul Da Vinci Code serta Angels and Demons.
Menjadi penulis amatir seperti saya (sekali lagi, seperti saya) bukannya tanpa gangguan. Alasan demi alasan yang mematahkan semangat selalu muncul. Inilah alasan-alasan itu: Bukannya saya tidak mau untuk mengalahkan alasan yang seringkali merintangi, tetapi saya belum ada waktu. Jika waktunya sudah ada tapi kok saya masih ada kegiatan yang lain. Bla..bla..bla.. sampai akhirnya tidak jadi deh menjadi penulis.Â
Akhirnya, tetap seperti awal mula, tidak menulis apapun. Suerrr, hal seperti ini sungguh mengesalkan. Penyesalan selalu mengganggu pikiran baik sebelum tidur malam maupun ketika hari-hari pengumpulan tugas kampus. Banyak waktu yang ada, tapi tidak digunakan dengan baik.
Penyakit kedua, kemalasan.
Kalau ditanya, kenapa malas? Ujung-ujungnya ya kembali kepada yang pertama tadi, banyak alasan. Padahal saya memang lagi malas dan tidak mau nulis. Yah, karena tidak ada bahan dalam pikiran dan macet (coba jalan-jalan di luar biar refresh). Sebetulnya ada, hanya perlu dicambuk dengan semangat. Sebenarnya perlu ada deadline karena otak saya sedang beku.Â