Melanjutkan pendidikan ke jenjang S2, menjadi mimpi saya sejak mulai bekerja sebagai ASN. Di dunia ASN memang banyak ditawarkan beasiswa bagi ASN yang memenuhi kualifikasi untuk meningkatkan kompetensinya melalui jalur tugas belajar yang dibiayai oleh negara. Namun perjuangan untuk mendapat beasiswa ini tidak mudah. Ada proses seleksi yang mesti dilalui, meliputi seleksi administrasi, Tes Potensi Akademik serta TOEFL. Jika sudah lulus seleksi dan mulai kuliah, ASN dituntut bisa memenuhi target waktu menempuh pendidikan yang ditetapkan apabila tidak mau terkena penalti berupa membayar sendiri biaya semester berikutnya. Adapula aturan untuk membayar ganti rugi pada negara, jika sampai kuliah tidak selesai.
Di pertengahan tahun 2019, akhirnya saya bisa melanjutkan pendidikan S2 dengan beasiswa dari pemerintah. Saya diterima di salah satu universitas negeri di Semarang. Karena saya tinggal di Jogja, maka saya harus mencari kos demi melanjutkan pendidikan. Saya juga diberi target untuk bisa menyelesaikan kuliah S2 dalam waktu 18 bulan saja. Jika lebih dari itu, maka konsekuensinya harus saya tanggung sendiri.
Kala itu saya merasa bahwa untuk bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu seperti tidak mungkin. Dengan kondisi mobilitas yang terbatas, bagaimana saya bisa bimbingan proposal dengan dosen pembimbing? Bagaimana saya mengakses perpustakaan untuk mencari referensi? Bagaimana saya melakukan penelitian dan pengambilan data? Sementara saya juga masih harus menjadi guru di rumah untuk kedua anak saya yang menjalani pembelajaran online. Yang paling berat adalah bagaimana saya melawan diri sendiri yang saat itu sempat down dan kehilangan semangat untuk menyelesaikan studi lantaran badai pandemi yang tiba-tiba datang tanpa pernah terbayangkan sebelumnya.
Aktivitas Pendidikan Tanpa Batas Bersama IndiHome
Pandemi telah membatasi aktivitas keluarga kami. Selain saya dan anak-anak yang tak bisa ke kampus dan ke sekolah, suami saya juga mendapat instruksi dari kantor untuk melaksanakan Work From Home (WFH) secara bergantian. Saya merasa sangat terbantu manakala suami mendapat jadwal WFH, karena ia bisa membantu saya menghandle anak-anak di rumah agar saya bisa fokus menyelesaikan proposal tesis.
"Ma..kalau situasinya seperti ini, kita pasang IndiHome saja supaya lebih hemat", kata suami suatu pagi saat ia terjadwal WFH. Benar kata suami, sejak pandemi aktivitas kami memang sangat tergantung pada internet. Jika hanya mengandalkan kuota internet dari smartphone memang boros. Makanya kami memutuskan untuk memasang IndiHome di rumah.
Dengan IndiHome saya bisa menyelesaikan materi kuliah secara online. Selain itu saya juga semakin mendapat kemudahaan saat melakukan kegiatan bimbingan proposal tesis dengan dosen pembimbing. Metode bimbingannya melalu konsultasi via Whatsapp, Microsoft Teams dan juga via email.
Dalam menyusun draft proposal tesis, tentu saya membutuhkan banyak referensi. Dulu sebelum pandemi, saya biasanya pergi ke perpustakaan kampus untuk meminjam buku serta mengakses berbagai jurnal untuk membuka wawasan. Untungnya saat pandemi, kampus menyediakan layanan perpustakaan online yang bisa saya akses dari rumah. Selain itu selama pandemi juga tersedia portal jurnal baik nasional maupun internasional yang bisa diakses secara gratis.
Disela-sela proses bimbingan saya sempat down karena berbagai alasan. Seperti dosen pembimbing yang kadang sulit dihubungi dan responnya lambat, stres karena takut keluar rumah dan  mulai burnout karena menjalani peran ganda di rumah. Sementara disatu sisi, saya juga dikejar target untuk lulus tepat waktu. Meski pandemi, tidak ada kebijakan perpanjangan masa studi dari pemberi beasiswa.Â
Bulan April 2020, sebelum Ramadan saya putuskan untuk pergi ke Semarang dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Bukan untuk mengunjungi kampus, namun untuk mengambil barang yang masih tertinggal di tempat kos. Menurut perhitungan saya pandemi akan berlangsung lama, sehingga lebih baik saya tidak usah kos dulu. Apalagi kampus juga masih ditutup dan entah kapan saya bisa kembali menjalani kuliah tatap muka secara langsung. Biaya kos bisa saya alihkan untuk membayar biaya langganan IndiHome di rumah.
Ada enaknya juga ketika saya menjalani kuliah online. Dari segi biaya, lebih hemat karena tidak perlu kos ataupun bolak-balik Jogja - Semarang seperti saat sebelum pandemi. Namun ketika semua dilakukan dari rumah, saya juga harus disiplin mengatur waktu antara kuliah, mengurus anak dan mengurus rumah tangga supaya target saya tercapai.
Akhirnya perjuangan saya membuahkan hasil. Bulan Mei 2020, proposal tesis saya disetujui dosen pembimbing untuk dipresentasikan kepada penguji. Ujian proposal ini dilakukan secara online melalui Microsoft Teams. Dibutuhkan koneksi internet yang lancar, agar presentasi dan tanya jawab berjalan tanpa kendala. Untunglah sinyal internet IndiHome yang saya gunakan tidak mengalami gangguan sama sekali selama ujian. Hasilnya saya dinyatakan lulus ujian proposal dan bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu pengambilan data penelitian.
Dengan manfaat internet yang lancar dari Indihome, saya bisa mengikuti seminar nasional yang diselenggarakan di Lampung cukup dari Jogja. Begitupula saat mengikuti seminar internasional yang diselenggarakan di Semarang, saya bisa mempresentasikan paper saya tanpa harus hadir secara langsung di lokasi seminar.
Setelah dinyatakan lulus di bulan Desember 2020 maka saya langsung mendaftar wisuda. Proses pendaftaran juga saya lakukan dari rumah. Untuk pengiriman dokumen persyaratan wisuda yang tidak bisa diupload dalam bentuk softcopi seperti cetakan pas foto, tesis yang sudah dijilid serta berkas pendukung lainnya boleh dikirimkan via pos.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI