Mohon tunggu...
arifah wulansari
arifah wulansari Mohon Tunggu... Administrasi - lifestyle blogger

Menulis untuk belajar. Kunjungi blog saya di www.arifahwulansari.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meraih Gelar Magister di Tengah Badai Pandemi Bersama IndiHome

14 Juli 2022   11:00 Diperbarui: 14 Juli 2022   11:01 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melanjutkan pendidikan ke jenjang S2, menjadi mimpi saya sejak mulai bekerja sebagai ASN. Di dunia ASN memang banyak ditawarkan beasiswa bagi ASN yang memenuhi kualifikasi untuk meningkatkan kompetensinya melalui jalur tugas belajar yang dibiayai oleh negara. Namun perjuangan untuk mendapat beasiswa ini tidak mudah. Ada proses seleksi yang mesti dilalui, meliputi seleksi administrasi, Tes Potensi Akademik serta TOEFL. Jika sudah lulus seleksi dan mulai kuliah, ASN dituntut bisa memenuhi target waktu menempuh pendidikan yang ditetapkan apabila tidak mau terkena penalti berupa membayar sendiri biaya semester berikutnya. Adapula aturan untuk membayar ganti rugi pada negara, jika sampai kuliah tidak selesai.

Di pertengahan tahun 2019, akhirnya saya bisa melanjutkan pendidikan S2 dengan beasiswa dari pemerintah. Saya diterima di salah satu universitas negeri di Semarang. Karena saya tinggal di Jogja, maka saya harus mencari kos demi melanjutkan pendidikan. Saya juga diberi target untuk bisa menyelesaikan kuliah S2 dalam waktu 18 bulan saja. Jika lebih dari itu, maka konsekuensinya harus saya tanggung sendiri.

Dokpri
Dokpri
Awalnya semua berjalan lancar. Saya memulai masa perkuliahan di bulan Agustus 2019. Meski jadwal kuliah sangat padat namun saya merasa enjoy menjalani semuanya. Namun semua menjadi berubah secara tiba- tiba. Bulan Maret 2020, virus Covid-19 dari Wuhan itu akhirnya sampai ke Indonesia. Kepanikan terjadi dimana-mana termasuk saya yang kala itu sedang pulang ke Jogja karena libur weekend. Melihat perkembangan yang terjadi, saya memutuskan untuk tidak kembali dulu ke Semarang.

Dokpri
Dokpri
Ternyata feeling saya benar, tak lama kemudian terbit pengumuman bahwa kampus akan ditutup sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan dan semua proses perkuliahan dilakukan secara online. Tak lama kemudian ada pula pengumuman dari sekolah anak saya, bahwa kegiatan pembelajaran juga akan dilakukan secara online dengan batas waktu yang belum pasti. Sejak saat itu kondisi berubah dengan cepat. Kami sekeluarga memutuskan untuk mematuhi peraturan dari pemerintah yaitu tidak keluar rumah jika kondisi tidak benar-benar penting. Namun saya juga mengalami dilema karena teringat dengan target waktu kuliah yang hanya 18 bulan saja.

Kala itu saya merasa bahwa untuk bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu seperti tidak mungkin. Dengan kondisi mobilitas yang terbatas, bagaimana saya bisa bimbingan proposal dengan dosen pembimbing? Bagaimana saya mengakses perpustakaan untuk mencari referensi? Bagaimana saya melakukan penelitian dan pengambilan data? Sementara saya juga masih harus menjadi guru di rumah untuk kedua anak saya yang menjalani pembelajaran online. Yang paling berat adalah bagaimana saya melawan diri sendiri yang saat itu sempat down dan kehilangan semangat untuk menyelesaikan studi lantaran badai pandemi yang tiba-tiba datang tanpa pernah terbayangkan sebelumnya.

Aktivitas Pendidikan Tanpa Batas Bersama IndiHome

Pandemi telah membatasi aktivitas keluarga kami. Selain saya dan anak-anak yang tak bisa ke kampus dan ke sekolah, suami saya juga mendapat instruksi dari kantor untuk melaksanakan Work From Home (WFH) secara bergantian. Saya merasa sangat terbantu manakala suami mendapat jadwal WFH, karena ia bisa membantu saya menghandle anak-anak di rumah agar saya bisa fokus menyelesaikan proposal tesis.

"Ma..kalau situasinya seperti ini, kita pasang IndiHome saja supaya lebih hemat", kata suami suatu pagi saat ia terjadwal WFH. Benar kata suami, sejak pandemi aktivitas kami memang sangat tergantung pada internet. Jika hanya mengandalkan kuota internet dari smartphone memang boros. Makanya kami memutuskan untuk memasang IndiHome di rumah.

Dokpri
Dokpri
Keluarga kami menggunakan layanan IndiHome dari Telkom Indonesia dengan mengambil paket New Loyalty Internet 30 Mbps Up Speed. Dengan menggunakan layanan ini, kami mendapatkan akses internet yang lancar sekaligus layanan IPTV UseeTV. Sejak ada IndiHome, kami merasakan berbagai kemudahan yaitu bisa tetap melakukan berbagai kegiatan dan aktivitas tanpa batas cukup dari rumah saja.

Dengan IndiHome saya bisa menyelesaikan materi kuliah secara online. Selain itu saya juga semakin mendapat kemudahaan saat melakukan kegiatan bimbingan proposal tesis dengan dosen pembimbing. Metode bimbingannya melalu konsultasi via Whatsapp, Microsoft Teams dan juga via email.

Dalam menyusun draft proposal tesis, tentu saya membutuhkan banyak referensi. Dulu sebelum pandemi, saya biasanya pergi ke perpustakaan kampus untuk meminjam buku serta mengakses berbagai jurnal untuk membuka wawasan. Untungnya saat pandemi, kampus menyediakan layanan perpustakaan online yang bisa saya akses dari rumah. Selain itu selama pandemi juga tersedia portal jurnal baik nasional maupun internasional yang bisa diakses secara gratis.

Disela-sela proses bimbingan saya sempat down karena berbagai alasan. Seperti dosen pembimbing yang kadang sulit dihubungi dan responnya lambat, stres karena takut keluar rumah dan  mulai burnout karena menjalani peran ganda di rumah. Sementara disatu sisi, saya juga dikejar target untuk lulus tepat waktu. Meski pandemi, tidak ada kebijakan perpanjangan masa studi dari pemberi beasiswa. 

Dokpri
Dokpri
Demi membangkitkan motivasi, saya putuskan untuk mengikuti kelas motivasi online yang diselenggarakan oleh salah satu motivator terkenal. Dalam kondisi pandemi yang masih tidak menentu kala itu, ternyata saya tidak sendirian. Banyak orang merasakan kepanikan, stress dan kegelisahan yang sama. Namun disatu sisi, masih ada hal yang patut disyukuri yaitu sudah ada internet yang memungkinkan setiap orang tetap terkoneksi satu sama lain tanpa batasan ruang. Melalui kelas motivasi online yang saya ikuti tersebut saya belajar tentang pentingnya afirmasi positif untuk mencapai tujuan dan mengendalikan rasa takut terhadap berbagai berita negatif Covid-19. Alhamdulillah, semangat saya untuk menyelesaikan kuliah tepat waktu kembali tumbuh dan saya bisa mengendalikan keparnoan saya terhadap Covid-19 untuk memberanikan diri keluar rumah demi melakukan hal penting.

Bulan April 2020, sebelum Ramadan saya putuskan untuk pergi ke Semarang dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Bukan untuk mengunjungi kampus, namun untuk mengambil barang yang masih tertinggal di tempat kos. Menurut perhitungan saya pandemi akan berlangsung lama, sehingga lebih baik saya tidak usah kos dulu. Apalagi kampus juga masih ditutup dan entah kapan saya bisa kembali menjalani kuliah tatap muka secara langsung. Biaya kos bisa saya alihkan untuk membayar biaya langganan IndiHome di rumah.

Ada enaknya juga ketika saya menjalani kuliah online. Dari segi biaya, lebih hemat karena tidak perlu kos ataupun bolak-balik Jogja - Semarang seperti saat sebelum pandemi. Namun ketika semua dilakukan dari rumah, saya juga harus disiplin mengatur waktu antara kuliah, mengurus anak dan mengurus rumah tangga supaya target saya tercapai.

Akhirnya perjuangan saya membuahkan hasil. Bulan Mei 2020, proposal tesis saya disetujui dosen pembimbing untuk dipresentasikan kepada penguji. Ujian proposal ini dilakukan secara online melalui Microsoft Teams. Dibutuhkan koneksi internet yang lancar, agar presentasi dan tanya jawab berjalan tanpa kendala. Untunglah sinyal internet IndiHome yang saya gunakan tidak mengalami gangguan sama sekali selama ujian. Hasilnya saya dinyatakan lulus ujian proposal dan bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu pengambilan data penelitian.

Dokpri
Dokpri
Topik penelitian saya tentang kajian pengelolaan limbah B3 medis. Metode pengambilan data ada 2 macam yaitu pengukuran langsung ke lapangan serta wawancara. Untuk mengambil data limbah medis, mau tidak mau saya harus turun ke lapangan. Tentu dengan APD lengkap. Sementara untuk pengumpulan data wawancara, saya menggunakan kuesioner online dengan google formulir. Linknya saya kirim via whatsapp kepada para responden yang sudah ditentukan. Setelah proses pengambilan data selesai, dilanjutkan dengan pengolahan data menggunakan SPSS,GIS dan analisis data menggunakan SWOT.

Dokpri
Dokpri
IndiHome membantu saya menyelesaikan semuanya mulai dari bimbingan proposal hingga bimbingan penyusunan data hasil penelitian. Saat tiba waktunya untuk melaksanakan seminar nasional dan seminar internasional sebagai syarat ujian tesis, saya bisa melakukan keduanya cukup di rumah saja. Dulu sebelum pandemi, jika akan mengikuti seminar nasional maupun internasional biayanya mahal. Selain harus membayar biaya registrasi seminar, kita juga harus mengeluarkan biaya akomodasi selama mengikuti seminar. Biaya akomodasi mencakup biaya perjalanan dan menginap di luar kota ataupun di luar negeri. Namun sejak pandemi kegiatan ini bisa dilakukan secara online.

Dengan manfaat internet yang lancar dari Indihome, saya bisa mengikuti seminar nasional yang diselenggarakan di Lampung cukup dari Jogja. Begitupula saat mengikuti seminar internasional yang diselenggarakan di Semarang, saya bisa mempresentasikan paper saya tanpa harus hadir secara langsung di lokasi seminar.

Dokpri
Dokpri
Sebelum ujian tesis, semua persyaratan pendaftaran ujian saya upload secara online. Saat hari H tiba, yang paling saya khawatirkan adalah jika terjadi listrik padam atau gangguan sinyal internet. Untunglah keduanya tidak terjadi. Saya sangat bersyukur karena selama 2 jam ujian, presentasi berjalan lancar dan saya bisa menjawab semua pertanyaan penguji dengan baik berkat dukungan IndiHome.

Setelah dinyatakan lulus di bulan Desember 2020 maka saya langsung mendaftar wisuda. Proses pendaftaran juga saya lakukan dari rumah. Untuk pengiriman dokumen persyaratan wisuda yang tidak bisa diupload dalam bentuk softcopi seperti cetakan pas foto, tesis yang sudah dijilid serta berkas pendukung lainnya boleh dikirimkan via pos.

Dokpri
Dokpri
Di bulan Maret 2021 akhirnya saya wisuda, meskipun pelaksanaannya masih secara online. Ijazah dan toga sayapun dikirim ke rumah via pos dengan bantuan seorang teman baik yang tinggal di Semarang. Saya sangat terharu manakala saya diumumkan sebagai wisudawati dengan gelar Cumlaude. Sungguh prestasi yang tak pernah saya duga. Ditengah badai pandemi Covid 19 dan mobilitas yang terbatas, ternyata saya bisa menyelesaikan kuliah S2 saya dengan IPK 3,93 dan tepat waktu yaitu 18 bulan sesuai target. 

Image caption
Image caption
Dari pandemi saya mendapatkan pengalaman, bahwa kini pendidikan bisa diakses dari mana saja. Tidak harus datang ke kampus atau ke sekolah. Dengan bantuan internet, kegiatan pendidikan dapat dilakukan tanpa batas. Untuk bisa sukses menyelesaikan pendidikan sesuai target, pandemi bukanlah penghalang. Hal utama yang diperlukan adalah komitmen kuat dari diri sendiri dan tentunya akses internet yang lancar. Terimakasih IndiHome Internetnya Indonesia yang telah mendukung saya meraih gelar Magister dengan tepat waktu di tengah badai pandemi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun