Mohon tunggu...
Arifah Farhah Nasution
Arifah Farhah Nasution Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Berusaha untuk jadi versi terbaik diri sendiri

Petit a petit l'oiseau fait son nid

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Body Shaming, Fenomena yang Sering Dianggap Sepele

29 November 2019   22:16 Diperbarui: 13 April 2021   18:52 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu bahayanya dampak body shaming, sehingga pemerintah mengeluarkan Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yg membuat orang yg melanggar hal tersebut bisa dijerat hukuman. 

Disebutkan bahwa pelaku penghinaan (termasuk body shaming) di media sosial dapat dijerat dengan pasal 27 ayat 3 (jo), pasal 45 ayat 3 (jo) UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang kini menjadi UU No 19 Tahun 2016. 

Ancaman hukumannya tidak main-main, bisa penjara paling lama 4 tahun atau denda paling banyak Rp 750 juta.

Namun, perlu dicatat, laporan itu dapat diterima jika bentuk dari perilaku body shaming itu mengandung unsur penghinaan, menjatuhkan harkat dan martabat, serta diketahui oleh orang banyak.

Jadi hal apa yang dapat dilakukan untuk menghindari diri kita dari melakukan body shaming ke orang lain, dan untuk menghindari diri kita dari rasa terganggu bila mendapatkan kata-kata atau olokan yang mengarah ke body shaming tersebut? Kiat-kiat berikut mungkin bisa membantu kita.

*Mulai dari diri sendiri, seringkali kita menyalahkan perilaku orang lain yang pernah melakukan tindakan atau perilaku body shaming terhadap kita. 

Tapi tanpa kita sadari, seseorang tidak akan melakukan hal yang buruk terhadap kita jika kita tidak melakukan hal buruk terhadap mereka.

*Berhenti memberi julukan ke orang lain, julukan yang kita berikan kepada orang lain seperti gendut, pendek, cupu, tompel, dan lain-lain sekilas memang terlihat hanya bercanda atau tidak serius. 

Tapi, siapa tahu mereka memikirkan perkataan itu secara terus menerus dan ternyata itu menyakiti hati mereka? Jadi hati-hati dengan perkataan kita.

*Saling menghargai dan toleransi antar sesama, apapun itu warna kulitnya, bentuk wajahnya maupun tubuhnya, tingginya, belajar untuk saling menghargai antar sesama dan tidak menilai orang dari fisiknya saja, tapi juga lihat dari perilakunya.

*Bersikap bodo amat dengan ejekan orang lain, tidak usah pedulikan kata-kata olokan orang lain. Memang bersikap bodo amat terhadap segala sesuatu bukan hal yang baik namun dalam menghadapi body shaming dan komentar-komentar toxic yang tidak berguna sepertinya sikap ini perlu. Balaslah dengan cara positif dan anggap saja olokan itu masa bodoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun