Mohon tunggu...
Arifah Farhah Nasution
Arifah Farhah Nasution Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Berusaha untuk jadi versi terbaik diri sendiri

Petit a petit l'oiseau fait son nid

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Body Shaming, Fenomena yang Sering Dianggap Sepele

29 November 2019   22:16 Diperbarui: 13 April 2021   18:52 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui lebih jauh tentang fenomena "body shaming" yang sering dianggap sepele (Sumber : lucrezia carnelos via unsplash.com)

Di zaman milenial ini sering dijumpai slogan-slogan ataupun postingan di berbagai media sosial yang menampilkan "STOP BODY SHAMING!", yang mana sebagian orang mungkin belum mengetahui apa itu. Jadi apa sebenarnya body shaming?

Kata body shaming berasal dari bahasa Inggris yaitu body yang artinya tubuh dan shaming yaitu mempermalukan. Mengutip dari cnnindonesia.com, "body shaming berarti kritikan atau komentar yang bersifat negatif, komentar itu diberikan baik untuk diri sendiri ataupun orang lain, bisa juga diartikan sebagai tindakan mempermalukan penampilan fisik seseorang."

Fenomena body shaming ini bisa terjadi kepada semua orang, namun tidak dapat dipungkiri bahwa yang sering menjadi korbannya adalah wanita khususnya yang berada dalam rentang usia remaja sampai umur 20-an akhir.

"Menurut sebuah survei yaitu Body Peace Resolution yang digelar oleh Yahoo! Health, menunjukkan bahwa wanita lebih banyak mendapat perlakuan body shaming ketimbang pria. Survei ini dilakukan terhadap 2.000 orang berusia 13 - 64 tahun. 

Dan hasilnya 94% remaja perempuan pernah mengalami body shaming, sementara remaja laki-laki hanya 64%." Dikutip dari (wolipop.detik.com)  

Bagi sebagian orang, mengomentari bentuk tubuh mungkin hal yang sepele. Misalnya saja, 'Hitam banget sih sebelas dua belaslah sama arang', 'putihnya keterlaluan tuh udah kayak mayat hidup, 'Kok kamu gendutan? Diet dong!', 'kurus banget sih kamu, kayak triplek, makanya jangan malas makan', 'rajin minum susu deh biar nggak pendek kayak anak SD', atau juga seperti, 'Ih, kamu punya double chin! Makan terus sih kayak sapi'.

Namun banyak yang tidak tahu bahwa body shaming bisa berpengaruh pada kehidupan para korban, membuat mereka merasa buruk bahkan jijik dengan tubuh sendiri, kehilangan kepercayaan diri sepanjang hidupnya. 

Akibat paling parah dari body shaming adalah timbulnya gangguan pola makan yang berbahaya seperti anoreksia dan bulimia.

Body shaming juga bisa memicu orang menjalani diet dan olahraga ekstrem di luar batas kemampuan mereka. Lebih parahnya lagi, body shaming berpotensi mengganggu kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan akut.

Sebuah survei menyatakan, 2 dari 5 wanita mengaku ingin operasi plastik demi mengubah penampilan fisiknya secara permanen akibat terus diolok-olok.

Di era milenial ini body shaming tidak hanya dilakukan secara langsung namun juga melalui media sosial seperti instagram. 

Begitu bahayanya dampak body shaming, sehingga pemerintah mengeluarkan Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yg membuat orang yg melanggar hal tersebut bisa dijerat hukuman. 

Disebutkan bahwa pelaku penghinaan (termasuk body shaming) di media sosial dapat dijerat dengan pasal 27 ayat 3 (jo), pasal 45 ayat 3 (jo) UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang kini menjadi UU No 19 Tahun 2016. 

Ancaman hukumannya tidak main-main, bisa penjara paling lama 4 tahun atau denda paling banyak Rp 750 juta.

Namun, perlu dicatat, laporan itu dapat diterima jika bentuk dari perilaku body shaming itu mengandung unsur penghinaan, menjatuhkan harkat dan martabat, serta diketahui oleh orang banyak.

Jadi hal apa yang dapat dilakukan untuk menghindari diri kita dari melakukan body shaming ke orang lain, dan untuk menghindari diri kita dari rasa terganggu bila mendapatkan kata-kata atau olokan yang mengarah ke body shaming tersebut? Kiat-kiat berikut mungkin bisa membantu kita.

*Mulai dari diri sendiri, seringkali kita menyalahkan perilaku orang lain yang pernah melakukan tindakan atau perilaku body shaming terhadap kita. 

Tapi tanpa kita sadari, seseorang tidak akan melakukan hal yang buruk terhadap kita jika kita tidak melakukan hal buruk terhadap mereka.

*Berhenti memberi julukan ke orang lain, julukan yang kita berikan kepada orang lain seperti gendut, pendek, cupu, tompel, dan lain-lain sekilas memang terlihat hanya bercanda atau tidak serius. 

Tapi, siapa tahu mereka memikirkan perkataan itu secara terus menerus dan ternyata itu menyakiti hati mereka? Jadi hati-hati dengan perkataan kita.

*Saling menghargai dan toleransi antar sesama, apapun itu warna kulitnya, bentuk wajahnya maupun tubuhnya, tingginya, belajar untuk saling menghargai antar sesama dan tidak menilai orang dari fisiknya saja, tapi juga lihat dari perilakunya.

*Bersikap bodo amat dengan ejekan orang lain, tidak usah pedulikan kata-kata olokan orang lain. Memang bersikap bodo amat terhadap segala sesuatu bukan hal yang baik namun dalam menghadapi body shaming dan komentar-komentar toxic yang tidak berguna sepertinya sikap ini perlu. Balaslah dengan cara positif dan anggap saja olokan itu masa bodoh.

*Fokus melakukan hal positif, mendalami hal yang kita cintai memang jauh lebih berguna daripada menghabiskan waktu mengomentari penampilan fisik orang lain. Lama kelamaan kita akan sadar bahwa perilaku seperti itu memang merugikan diri kita sendiri nantinya.

*Cintai diri sendiri, jika kita tidak mencintai diri kita sendiri maka orang lain pun tentu tidak. Jangan biarkan kekurangan kita menjadi penghalang untuk bahagia, so love yourself first!:)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun