"Kamu kenapa le badanmu kok gabul lumpur selokan kayak gitu " Tanyanya dengan lugat jawa medok.Â
"Anu aku tadi njrungup nang kalen,mbok" Jawabku.
"Walah makanya hati-hati kalau sepedaan itu" nasihatnya.
Kemudian sepada itu udah tampak bersih, sebersih badanku yang baru saja usai mandi. Dan sepeda itu aku kembalikan kepada pemiliknya.
***
Saat aku menginjak kelas tiga sekolah dasar, sebelum jam pelajaran dimulai, kepala sekolah masuk ke ruangan kelasku untuk mengumumkan sunatan massal secara gratis yang diselengarakan oleh panitia maulid Nabi di masjid depan rumahku. Tanpa pikir panjang aku ikut mendaftar sebagai peserta sunat massal.
Sepulang sekolah aku memberi tahu bapak akan keinginanku untuk ikut sunat massal dan minta dihadiahi sepeda.
 " Memang kamu sudah berani sunat? " Tanya bapak.
"Berani pak" Jawabku menyakinkan.
"Tapi aku dibelikan sepeda ya" Rayuku pada bapak sembari menarik-narik sarungnya.
Bapakku mengiyakan. Meski aku tahu bapak tidak cukup uang untuk membeli sepeda. Kata bapak nanti kalau ujung saluran pembuangan air kencingku sudah pulih mau dicarikan sepeda, meski hanya seken. Aku pun bersemangat agar tidak memakan-makanan yang berpantang. Â