Mohon tunggu...
Arif Rahman Hakim
Arif Rahman Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Biasa-biasa saja

Lelaki kelahiran Pati Jawa Tengah suka memancing, sesekali membaca buku dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepeda Seken

8 Agustus 2020   22:06 Diperbarui: 9 Agustus 2020   06:16 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sepeda itu sudah siap aku kayuh untuk dibawa pulang. Bersama perasaan yang gembira aku mengontel sepeda di sepanjang tepi jalan yang dibuntuti oleh bapak beberapa meter.

Esok harinya pas akan liburan sekolah, aku berencana mengajak teman-teman yang mempunyai sepeda untuk menyusuri jalan seperti yang sudah aku rencanakan. Aku sudah membayangkan akan ada banyak view indah yang bakal kami nikmati bersama.

Tempat pertama yang ingin aku tuju adalah sepanjang jalan di bantaran sungai yang menghubungkan sampai ke tepi laut. Jarak rumahku menuju ke pantai kisaran satu kilometer. Jika ingin berpergian ke sana akan melewati sawah dan tambak yang membentang luas. 

Saluran air sungai yang biasa disebut sungon oleh para petambak, menghampar sepanjang jalan menuju ke tepi laut. Saluran air sungai yang berfungsi untuk mengairi tambak atau untuk pembuangan air saat akan panen ikan, setiap hari minggu banyak orang memancing di sana. 

Ikan didalam air yang terkadang payau dan asin itu bermacam jenisnya antara lain ikan mujaer, udang, belanak,  keting, lundu adalah ikan yang biasa dikail dengan menggunakan umpan tertentu. 

Kata bapak,  orang-orang yang memancing di sana rata-rata dari desa seberang yang biasanya pagi-pagi mereka sudah mencari cacing di pinggir galeng sawah untuk umpan ikan.

Kami yang akan berangkat pagi-pagi untuk melihat merekahnya matahari kemungkinan juga akan berbarengan para petani yang pagi-pagi memanggul cangkul, para petambak dan mungkin juga mereka yang berniat memacing ikan-ikan di sungai atau laut. Atau para pencari rumput untuk pakan ternaknya.

Aku dan mereka sangat berantusias akan agenda yang akan dilalui bersama. Namun pada akhirnya mereka tidak menyanggupi akan ajakanku, karena orang tua mereka tidak membolehkannya. Alasannya pada musim hujan jalan di bantaran sungai yang belum beraspal itu banyak jalan yang berlubang dan becek. Sangat beresiko tergelincir, ujar orang tua mereka.

Meski keinginanku tak tersampaikan, kami tetap bersepeda meriah di tepi jalan yang biasa dilalui banyak orang dengan tetap memerhatikan keselamatan dan kenyaman pengguna jalan lainnya. 

Selain itu kami juga menyusuri jalan kampung-kampung yang masih memiliki pepohonan merimbun. Di sana kami berhenti sejenak berteduh dibawah pohon yang rindang sembari menikmati angin sepoi-sepoi dan burung-burung berkicau disiang hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun