Mohon tunggu...
Arif
Arif Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Sebagai content writer di salah satu lembaga zakat tingkat provinsi Jawa Barat yang berlokasi di kota Depok. Aktif sebagai mahasiswa semester 6 program studi Akuntansi Syariah. Saat ini, menggeluti beberapa organisasi yang diamanahkan sebagai kepala departement Research and Development (RnD) KSEI IsEF dan Senior Research Assistant di SEBI Islamic and Economic Research Center (SIBERC).

Selanjutnya

Tutup

Financial

Asuransi Syariah Jauh Tertinggal dari Konvensional! Kok Bisa?

22 Juli 2023   10:16 Diperbarui: 22 Juli 2023   10:21 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pixabay.com

Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, industri asuransi syariah menjadi peluang besar bagi Indonesia. Bagaimana tidak, dalam laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) menyatakan bahwa pada tahun 2023 jumlah populasi Muslim di Indonesia mencapai 237,55 juta jiwa.

Di mana, jumlah tersebut merupakan yang terbanyak di kawasan negara-negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) bahkan secara global. Populasi penduduk Muslim di Indonesia setara dengan 86,7% dari total populasi penduduknya.

Saat ini, Indonesia juga di gadang-gadang akan menjadi negara ekonomi syariah yang super power. Pemerintah telah mendeklarasikan dengan optimis bahwa Indonesia akan dapat menjadi Center of Global Economic and Finance. 

Indonesia memang banyak unggul di bidang ekonomi syariah, sebut saja pada industri halal. Baru-baru ini Indonesia dinobatkan sebagai peringkat pertama dengan destinasi halal terbaik di dunia yang mengalahkan 140 negara lainnya. Laporan tersebut dimuat dalam Mastercard Crescent rating Global Travel Market Index (GMTI).

Namun, apakah Indonesia juga unggul di bidang lainnya? Nah, ternyata tidak! Misalkan dalam hal aset keuangan syariah, Indonesia masih kalah dengan negara-negara mayoritas Muslim lainnya, seperti Iran, Arab Saudi, Malaysia, UEA, dan Qatar.

Termasuk juga dalam perkembangan asuransi syariah, Indonesia masih terbilang rendah dari negara-negara lain. Berdasarkan laporan dari "Landscape Asuransi Syariah: Global dan Domestik" oleh Indonesian Financial Group (IFG) bahwa jumlah asuransi syariah di dunia didominasi oleh nagara-negara Gulf Cooperation Council (GCC) terutama di negara Saudi Arabia dan UAE dengan share mencapai 53%. Sedangkan presentasi asuransi syariah di negara-negara Asia Tenggara hanya sebesar 18% dari global, bahkan kalah dengan Afrika yang mencapai 24%.

Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak tantangan yang harus kita selesaikan, khususnya dalam pengembangan asuransi syariah di Indonesia. Tentu terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan industri asuransi syariah di Indonesia masih sangat terbatas, salah satunya adalah sistem ekonomi negara yang masih konvensional.

Jika dilihat dari kacamata nasional, perbandingan jumlah perusahaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional masih sangat jauh. Dalam jurnal Madani Vol 1, No 4, Mei 2023 tentang "Analisis Perbandingan Jumlah Perusahaan Asuransi Syariah dengan Konvensional" menunjukkan bahwa pada tahun 2022 jumlah perusahaan asuransi syariah di Indonesia sebanyak 58, sedangkan asuransi konvensional sebanyak 151.

Artinya, jumlah perusahaan asuransi syariah masih sepertiga dari jumlah perusahaan konvensional. Hal inilah kemudian yang menjadi tantangan di masa mendatang, bagaimana akhirnya Indonesia dapat menjawab tantangan dan mampu menjadikannya sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah global.

Dalam praktiknya, tentu tidak semua menjadi masalah negara. Karena awareness atau kesadaran dari masyarakat Muslim Indonesia juga menjadi tonggak keberhasilan industri asuransi syariah di negara ini.

Untuk itu, para akademisi pun memiliki peran strategis dalam mencetak kader-kader syariah dengan SDM yang mumpuni dan dapat bersaing dengan SDM konvensional. Selain itu, peningkatan literasi dan inklusi dari asuransi syariah kepada masyarakat juga menjadi hal urgen yang harus segara dilakukan. Dengan demikian industri asuransi syariah di Indonesia dengan sendirinya akan menunjukkan eksistensinya.

Kesimpulan dari opini ini adalah secara kuantitas industri asuransi syariah memang masih jauh di bawah industri asuransi konvensional. Namun, dibalik itu ada harapan dan potensi besar bagi Indonesia untuk terus optimis dengan benar-benar mengembangkan potensi yang ada untuk menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah global, tidak terkecuali pada industri asuransi syariah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun