oleh: Anak Agung Putu Gede Bagus Arie Susandya, SE., M.Si., AK., CA
Penulis adalah Dosen Program Studi Akuntansi FEB Universitas Mahasaraswati Denpasar
Internet telah membawa kita ke sebuah era dimana semua kegiatan lebih cepat, akurat, disertai murahnya biaya pengaksesan dibandingkan era-era sebelumnya. Penguatan infrastruktur teknologi pun juga membawa kita ke era baru, yakni era digitalisasi. Dengan adanya digitalisasi, dimana hampir semua data yang kita butuhkan berada di internet, sehingga kita pun mampu melakukan segala aktivitas dengan cepat, akurat, dan mudah.
Selain kemampuan teknologi yang makin mumpuni untuk melakukan aktivitas yang dulu hanya bisa dilakukan oleh manusia, teknologi juga merombak cara kita melakukan berbagai aktivitas serta cara kita melakukan pekerjaan dan bisnis. Inilah era big data, era disruptif yang membawa kita ke era baru, era dimana semua hal hampir terdigitalisasi. Di era ini segala hal dituntut cepat, akurat, dan efisien. Adanya inovasi ini, tak hanya melibatkan pemilik modal besar.
Melainkan rakyat pun bisa berpartisipasi dengan modal yang sangat minimal. Dalam era ini, dikenalkan konsep sharing-economy. Dimana pemilik modal dan rakyat berkolaborasi untuk menciptakan layanan jasa dan produksi yang lebih murah, mudah, dan efisien.Sebut saja Go-Jek,yang berhasil menciptakan lapangan kerja baru bagi rakyat dengan hanya bermodalkan sepeda motor.
Ataupun Tokopedia dan Bukalapak, yang berhasil menghubungan pengusaha-pengusaha lokal dengan pembeli tanpa sekat dari seluruh dunia. Dengan adanya digital ekonomi, karya anak-anak bangsa bisa melesat menembus pasar dunia. Tentunya, dengan biaya yang lebih murah, akses yang lebih cepat dan efisien.Inovasi perkembangan teknologi dan kecerdasan tak luput mempengaruhi industri keuangan dan tata kelola. Munculnya financialtechnologydalam berbagai platformkini bisa dirasakan oleh masyarakat.
Menurut Bank Indonesia, financial technology atau teknologi finansial merupakan hasil gabungan antara jasa keuangan dengan teknologi yang akhirnya mengubah model bisnis dari konvensional menjadi moderat, yang awalnya sistem pembayaran dilakukan dengan tatap-muka dan membawa sejumlah uang kas, kini dapat dilakukan dengan transaksi jarak jauh dan dapat dilakukan dalam hitungan detik saja.
Dengan adanya revolusi industri 4.0., yang menggunakan teknologi dan internet sebagai penggerak utama ekonomi, merombak kondisi ekonomi di berbagai belahan dunia. Inovasi ini seharusnya jadi momentum penting perkembangan konsep ekonomi kerakyatan di Indonesia. Karena dengan adanya ekonomi digital, rakyat dapat berpartisipasi menuju pasar dunia tanpa harus mengeluarkan modal besar.
Keberadaan dan aplikasi penggunaan financial technologydi Indonesia pun harus terus dikembangkan, baik dari sisi pemerintah maupun masyarakat untuk memantau dan mengontrol aktivitas keuangan baik di level negara, perusahaan, hingga penggunaan pribadi. Penggunaan financial technology secara masif akan mewujudkan cashless society, atau masyarakat non-tunai.
Dengan adanya kedua hal ini, rakyat dapat merasakan berbagai layanan keuangan kerakyatan yang inovatif dan lebih murah serta meningkatkan tingkat kompetitifbangsa di mata dunia. Berikut ini bidang-bidang yang terdisrupsi karena keterlibatan internet dalam proses bisnis konvensional (UNCTAD, 2017):
1.) Peralatan dan perlengkapan produksi yang canggih, penggunaan robot dan automasi proses bisnis dalam pabrik.Seiring dengan semakin fleksibel, cepat, cerdas dan biaya yang jauh lebih rendah dibandikan dekade-dekade sebelumnya, penggunaan robot dalam proses industri semakin masif.
2.) Munculnya sumber data baru melalui gadgetyang mobiledan Internet of Things (IoT).Peningkatan produktivitas dalam industriamat sangat bergantung pada tersedianya data dalam proses produksi. Internet of Thingsadalah penggunaan internet yang memberikan informasi secara real timedan akurat mengenai performa tugas dan hasil dari setiap proses produksi. Dengan adanya IoT, pengusaha UMKM mendapatkan informasi yang akurat mengenai proses bisnisnya
3.) Adanya komputasi awan (cloud computing)Pengembangan cloud computing adalah salah satu kunci utama kemantapan platformekonomi digital (European Commission, 2015). Adanya komputasi awan yang menyimpan data kita di internet memungkinkan kita mengakses informasi di mana saja dan kapan saja, dengan gawai yang kompatibel. Ini mengartikan bisnis bisa berjalan dimana saja, dan kapan saja tanpa terbatas oleh gadget atau gawai yang dibawa
4.) Adanya analisa big data(big dataanalytics)Dengan adanya Internet of Things (IoT), data dari mesin dan dari segala aktivitas dapat dikalkulasi secara akurat dan dipantau oleh pengguna hanya dengan melalui internet. Banyaknya data yang tersedia dengan kompleksitas yang berbeda inilah yang disebut big data
5.) Adanya kecerdasan buatan (artificial intelligence)Kecerdasan buatan adalah sebuah area dari komputasi sains yang menekankan penciptaan mesin intelejen yang bekerja dan bereaksi seperti manusia
Karena generasi Z dan milenial ini telah akrab dengan teknologi, tentunya pada era bonus demografi dapat diharapkan semakin berkembangnya ekonomi digital. Kementerian Perdagangan dan Industri Indonesia telah menargetkan Indonesia menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020.
Pemerintah menaruh perhatian khusus pada perkembangan ekonomi digital di Indonesia karena potensinya yang dapat meningkatkan ekonomi rakyat di Indonesia. Melalui paket kebijakan XIV, pemerintah membuat peta jalan perdagangan nasional berbasis elektronik. Dijelaskan dalam paket kebijakan ini, pemerintah menargetkan adanya 1.000 technopreneur untuk memajukan ekonomi digital di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H