Baru-baru ini kembali terjadi lagi kasus panic buying ditengah masyarakat, dan saat ini pemberitaan tersebut tengah menjadi perbincangan dan menjadi viral di media sosial.Â
Kasus tersebut terjadi karena terdapat suatu produk susu yang mengklaim bahwa produknya dapat mengatasi orang yang terkena virus corona bahkan disebut dapat mencegah terinfeksinya virus corona. Didalam unggahan video yang menjadi viral tersebut terdapat orang-orang yang terlihat sedang berebutan membeli produk susu dalam jumlah banyak.Â
Unggahan video tersebut menjadi viral di media sosial dan mendapatkan beragam tanggapan dari netizen yang melihatnya. Media dalam menyebarkan berita saat ini sudah memiliki kekuatan yang mendominasi di masyarakat. Pasalnya, masyarakat dan media saat ini sudah tidak bisa dipisahkan dalam kehidupannya. Dengan viralnya video tersebut, kembali menimbulkan panic buying  didalam diri masyarakat yang melihat unggahan video tersebut.
Dilansir dari kompas.com, Dokter, Filsuf, sekaligus Ahli Gizi Komunitas, Dr dr Tan Shot Yen, M Hum mengatakan meski kondisi pandemi Covid-19 saat ini sedang melonjak tajam, tidak seharusnya masyarakat melakukan panic buying atau rebutan memborong suatu produk seperti produk susu yang telah disebutkan diatas. Berikut ini adalah pemicu panic buying menurut dr Tan, yang dilansir dari kompas.com yaitu :
- Publik salah asumsi : Setiap produk apa pun sudah jelas dan pasti akan mempromosikan keunggulan produknya dengan seefisien dan seefektif mungkin karena mereka memiliki target marketing. "Publik ini salah asumsi, karena tulisan di iklan yang bisa membuat orang menghubung-hubungkan nalar dengan literasi seadannya," ujar dr Tan.
- Overclaim produk : Overclaim manfaat dari produk susu tersebut terlalu berlebihan ditengah kasus positif yang melonjak. "Selama ini overclaim produk tidak pernah dibenahi pemerintah yang semestinya punya kendali buat negur, memarahi, bahkan memberikan sanksi," menurut nya.
- Literasi gizi minim : Bagian ini berhubungan dengan persoalan panic buying produk-produk yang belum terbukti berkhasiat atau efektif betul terhadap suatu penyakit ini adalah literasi gizi yang minim. "Dengan literasi gizi minim, akhirnya ada kepercayaan-kepercayaan yang dibentuk sebagai opini publik. Apa yang mestinya mitos, dijadikan seakan-akan kebenaran. Sebaliknya, yang fakta ilmiah sama sekali tidak digubris," ucap dr Tan.
- Tipe publik Indonesia : Faktor lainnya mengapa kerusuhan panic buying suatu produk ini terjadi, menurut dr Tan, adalah karena publik Indonesia tipe yang tidak mau berpikir dengan nalar, apalagi dianggap nalar itu ribet.
Terdapatnya faktor-faktor tersebut akibat dari pemberitaan di media dan masyarakat yang menanggapinya secara berlebihan.Â
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Evita Santi, dkk (2020) media komunikasi mungkin tampak akurat dan efektif dalam menginformasikan kepada public perihal perkembangan pandemi, namun disisi lain media juga dapat memberikan informasi yang salah dan berkontribusi dengan adanya kepanikan publik yang tidak perlu dan berakibat pada munculnya respon yang tidak diinginkan (Jones, Waters, Holland, Bevins, & Iverson, 2010).Â
Perkembangan teknologi terutama dibidang media, mengharuskan masyarakat untuk lebih meningkatkan kesadarannya atas informasi yang disebarkan oleh media dan mendorong masyarakat agar lebih pintar dan bijak dalam menggunakan media. Tak hanya itu juga, masyarakat dalam hal ini harus melakukan literasi yang benar atas informasi yang diterima agar dapat terhindar dari tindakan yang tidak diinginkan dan terhindar dari kepalsuan berita yang tengah merebak di masyarakat.
Akibat dampak dari pandemi juga mengharuskan pemerintah membatasi aktivitas masyarakat yang berhubungan dengan dunia luar. Pembatasan kegiatan mulai dari bekerja hingga liburan mulai dibatasi oleh pemerintah.Â
Dimasa pandemi pemberlakuan work from home (WFH) digerakkan oleh beberapa perusahaan, bahkan di dunia pendidikan sistem pembelajaran dirubah menjadi online karena tidak memungkinkan untuk melakukan pembelajaran tatap muka secara langsung. Dampak dari pembatasan tersebut membuat penggunaan media semakin meningkat demi mendukungnya keberlangsungan kegiatan aktivitas sehari-hari.
Di era digitalisasi pada saat ini membuat masyarakat terus menerus mengakses informasi di media yang mereka miliki bahkan di media sosial. Hal ini berkaitan dengan, masyarakat yang saat ini sudah mulai aktif dalam penggunaan media dan memanfaatkan penggunaan media tersebut untuk mendukung aktivitas sehari-harinya.Â
Dilansir dari kpi.go.id berdasarkan data We Are Social semester pertama di tahun 2020, adanya peningkatan akses pengguna internet hingga 6 jam 43 menit per hari.Â