Bulan Februari nanti, tepat setahun pandemik Covid-19 menyerang dunia. Sejumlah sektor (mungkin termasuk anda juga) telah melaksanakan sistim bekerja dari rumah sjeik Maret 2020 lalu.Â
Sebagai seorang akademisi, saya pun menjalankan proses Belajar mengajar dari rumah. Tak data dipungkiri bahwa cara baru dalam Belajar ini mendatangkan sejumlah Tantangan yang terbilang kompleks.Â
Dari sisi saya sebagai akademisi, tidak mudah untuk manilai potensi siska Hanya dari aktivitas belajarnya secara daring. Demikian pula dari sisi para siswa, tidak mudah bagi mereka untuk memahami materi yang disajikan dalam bentuk daring, terlebih ketika jaringan internet tidak begitu stabil.Â
Tanpa terasa, pola baru inipun berhasil menciptakan tekanan-tekanan baru dalam bekerja. Ketika memandu seminar di akhir Desember lalu, saya menyelipkan pertanyaan kepada para peserta: 'Apakah liburan akhir tahun ini akan anda habiskan di rumah bersama keluarga? Apa rencana aktivitas anda?'
Respon yang saya peroleh ternyata di luar dugaan. Hampir sebagian besar dari peserta menyatakan keinginannya untuk berlibur ke beberapa destinasi wisata.Â
Lalu saya pun melanjutkan pertanyaan: 'Loh....apakah Bapak Ibu tidak takut atas pandemik ini?', dan jawaban mereka adalah: 'Sudah terlalu stress, Pak. Jadi lebih baik berwisata dulu', ungkap mereka dengan nada Tinggi.
Realitas tersebut menunjukkan betapa mekanisme bekerja dari rumah turut mendatangkan tekanan yang luar biasa. Selain karena tuntutan pencapaian target yang tinggi, sudah rahasia umum bahwa bekerja dari rumah ternyata membutuhkan pengorbanan yang lebih besar. Maka sebenarnya bukan hal yang keliru bila timbul niat yang kuat untuk menciptakan keseimbangan melalui wisata.Â
Pertanyaannya kini adalah ketika seseorang sudah berhasil mencapai titik keseimbangan hidup saat berwisata lalu kembali pulang untuk menjalankan rutinitas yang ada, mungkinkah ia mampu menciptakan produktivitas yang Tinggi? Kiranya butuh waktu bagi kita untuk beradaptasi kembali dengan rutinitas semula. Â Â
Bayangkan bila hal itu terjadi. Akan terdapat beberapa hari yang terbuang akibat sulitnya kita untuk beradaptasi dengan rutinitas yang ada bukan? Jika memang demikian, mengapa kita tidak memilih opsi work from destination?
Saya mempunyai seorang kolega senior. Umurnya sekitar 63 tahun. Sejak Juli tahun 2020 lalu, ia memutuskan untuk menyingkir sejenak dari pusaran pandemik Covid-19 di Ibu Kota. Salah satu kota di Jawa Timur menjadi pilihan utamanya.Â
Sambil berupaya untuk menikmati keindahan yang ada, ia pun tetap aktif menjalankan rutinitasnya, sebab segala sesuatu dilakukan secara online. Cukup dengan pasokan daya internet yang stabil maka iapun akan mampu mencapai target kinerja dengan baik.Â
Tak Hanya itu, dalam testimony yang diberikan, Ia menjelaskan bahwa pilihannya untuk melakukan retreat slag bekerja merupakan hal yang tepat. Ia merasa bahwa dengan masuk pada nuansa yang baru, ia mampu menjaga tingkat stress yang ada.Â
Pola inilah yang menciptakan daya inovasi yang cukup Tinggi. Dengan demikian ia mampu menghasilkan sejumlah karya yang bermanfaat tidak Hanya bagi dirinya sendiri melainkan juga untuk Masyarakat. Â Percaya atau tidak, hingga saat ini, ia tetap menjalankan rutinitas baru ini, work from destination.
Agar dapat terus produktif, work from destination harus dikelola melalui etos kerja yang tinggi. Budaya dan semangat kerja harus menyasar pentingnya kita untuk mentapai target kinerja sesuai rencana.Â
Selain itu, menuliskan prioritas aktivitas sehari-hari merupakan langkah yang akan mengamankan pemikiran kita untuk tetap fokus pada sasaran. Ada saatnya bekerja, ada saatnya juga untuk menenangkan pikiran dengan berwisata. Keseimbangan itulah yang akan mempertahankan stabilitas kondisi psikologis kita selama pandemik.
Satu hal yang patut dipikirkan adalah bila ternyata kita harus hidup berdampingan dengan Covid-19 dalam waktu yang cukup lama. Maka sangat dimungkinkan sistim kerja baru ini akan menjadi sebuah gaya hidup baru. Kuncinya ada pada sejauh mana kita tetap mampu menjaga protokol kesehatan di manapun berada. Jangan sampai work from destination ini malah membuat kita sakit. Â
Menjalankan aktivitas melalui work from destination ini secara langsung akan turut menghidupkan sektor pariwisata di Tanah air. Dengan demikian kita tidak hanya menjalankan rutinitas individu, namun juga berkontribusi dalam membangkitkan perekonomian daerah.
Sukses untuk Anda, dan semoga sehat selalu!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI