Mohon tunggu...
Aries Heru Prasetyo
Aries Heru Prasetyo Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi bidang Crisis Management

Aries Heru Prasetyo, MM, Ph.D menyelesaikan pendidikan S-1 dan S-2 di Universitas Airlangga Surabaya, kemudian melanjutkan pendidikan Doktoral di Fu Jen Catholic University, Taiwan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Susahnya Disuruh Anteng di Rumah

14 April 2020   17:09 Diperbarui: 14 April 2020   17:15 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya dengan membangun pola komunikasi yang lebih intens dengan sesama anggota keluarga agar situasi dapat bergerak ke arah yang lebih kondusif.

Atas temuan solusi itu, anggota yang lain seakan tak mau menutup diskusi. 'Kalau ia tetap tidak mau tinggal di rumah, lalu apa yang harus dilakukan?' Jawaban saya adalah laporkan kepada petugas keamanan agar diminta untuk mengisi formulir yang menyatakan bahwa ia tidak akan mengulang kesalahan yang sama. Formulir ini persis seperti yang diberikan kepada para pelanggar di jalan raya pada hari ke 5 penerapan PSBB ini.

Meski jawaban itu terkesan sederhana, namun bila dicermati lebih lanjut, terdapat makna yang cukup mendalam. 'Apakah para pelanggar aturan PSBB cukup jera dengan menandatangani pernyataan tersebut?'. 

Saya teringat beberapa kisah ketika delegasi kesehatan Tiongkok tiba di Italy di akhir bulan Maret lalu. Delegasi yang sejatinya membantu Italy dalam memerangi pandemi dibuat tertegun setelah melihat penerapan lockdown di sana. 

Mulai dari moda transportasi darat seperti bus yang masih lalu lalang, dan kedisiplinan masyarakat dalam menjaga jarak satu dengan sama lain yang masih lemah. 'Inikah yang dimaksud dengan lockdown?' tanya mereka dengan nada prihatin.

Para delegasi itupun berujar tentang bagaimana kedisiplinan masyarakat di kota Wuhan kala pandemi menyerang. Masyarakat benar-benar dilarang keluar rumah dan hanya diijinkan pada hari dan jam tertentu, itupun untuk mencukupi kebutuhan pokok untuk beberapa hari berikutnya. 

Kedisiplinan mereka dalam menggunakan masker yang tepat dan sarung tangan yang sesuai aturan ketika keluar rumah benar-benar menjadi kunci untuk menekan angka pertumbuhan pandemi. 

Kisah yang saya baca di sejumlah surat kabar tersebut seakan kini terjadi di wilayah kita. Bagaimana kita dapat menghargai orang lain bila kita masih sulit menghargai diri kita sendiri?

 Pola pikir untuk tidak membuat jerih payah para pejuang kesehatan di garda depan sia-sia hendaknya menjadi acuan paradigma seluruh elemen masyarakat di kala pandemi ini. Keseragaman cara pandang inilah yang harus ditegakkan saat ini. 

Sebab semakin kita 'ndablek' dengan tidak menghiraukan aturan yang ada maka semakin lama masa pemberlakuan PSBB karena kebijakan tak kan mampu meredakan laju pertambahan jumlah kasus Covid-19. 

Atas hal tersebut, kiranya kita perlu mendudukkan definisi 'rumah kita'. Rumah yang aman, nyaman dan bahagia bagi seluruh anggota keluarga. Kita bisa menggali banyak kegiatan bersama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun