Mohon tunggu...
Aries Heru Prasetyo
Aries Heru Prasetyo Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi bidang Crisis Management

Aries Heru Prasetyo, MM, Ph.D menyelesaikan pendidikan S-1 dan S-2 di Universitas Airlangga Surabaya, kemudian melanjutkan pendidikan Doktoral di Fu Jen Catholic University, Taiwan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

PSBB dan Persatuan Bangsa

11 April 2020   10:27 Diperbarui: 11 April 2020   10:41 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kisah lain yang cukup inspiratif saya temukan di minggu lalu. Cukup sulit bagi masyarakat untuk memperoleh bahan pokok. Sebagian Ibu-Ibu cukup khawatir untuk berbelanja baik di supermarket maupun ke pasar tradisional. Alasannya sangat masuk akal, mengingat dua lokasi tersebut merupakan titik kumpul masyarakat yang dibayang-bayangi kepanikan akan penutupan wilayah atau lockdown. 

Tidak berhenti di situ, ternyata kekhawatiran yang sama juga terjadi di sisi pedagang. Akhirnya para pedagang saling bekerjasama dengan pedagang yang lain untuk menyusun daftar bahan pokok yang disebar luaskan melalui media sosial dan whatsapp pelanggan. 

Mereka bersedia untuk menghantarkan barang belanjaan ke rumah konsumen. Uniknya mereka tak pernah meminta uang ongkos transportasi pengiriman. Beberapa di antaranya bahkan mengatakan tidak akan menaikkan harga. Terlihat jelas ketulusan para pedagang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Bak gayung bersambut, ketulusan para pedagang itu juga direspon positif oleh masyarakat. Mereka yang berhasil memperoleh bahan kebutuhan pokok akhirnya memasak beberapa menu dalam jumlah yang lebih banyak untuk dibagi-bagikan kepada para petugas kebersihan maupun tim keamanan wilayah. Spontanitas ini secara tidak langsung telah membuat sebuah siklus yang mencerminkan semangat persatuan di antara anak bangsa. Masyarakat Ibu Kota yang dulunya identik dengan individualitasnya, kini mampu menjadi contoh keteladanan dan inspirasi anak bangsa yang lain.

Perasaaan senasib sepenanggungan ini jualah yang akan menjadi senjata ampuh dalam berperang melawan Covid-19. Ketika kebutuhan pangan terpenuhi maka masyarakat akan merasa tenang. Inilah faktor penguat untuk tetap berpikir secara logis atau yang secara konseptual disebut sebagai kondisi rasional. Alhasil dominasi rasional itu akan menghindarkan masyarakat dari pemikiran irasional yang umumnya memicu kepanikan dan tingkat stress yang tinggi. 

Atmosfer itulah yang harus terus dijaga. Ke depan tantangan akan lebih berat. Kita harus melalui sejumlah Hari Besar Keagamaan dalam situasi keprihatinan. Perayaan hari besar yang biasanya dirayakan bersama-sama, kini harus dibatasi, bahkan dilakukan secara online.

Tak mudah memang untuk menerima kenyataan ini, namun perjuangan melawan pandemik jauh lebih penting daripada meratapi keadaan. Oleh karenanya marilah kita gunakan moment pembatasan sosial berskala besar ini sebagai waktu emas untuk menjalin semangat persatuan bangsa. Mari kita berikan dan lakukan apa yang kita bisa demi kemenangan dalam menghentikan pandemik. Bersatu demi Indonesia Kuat!  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun