Maka kehadirannya di dalam sebuah komunitas kiranya tidak memerlukan response kepanikan dari pihak yang lain, mengingat mereka telah dinyatakan sembuh.Â
Pada konteks tersebut dapat dilihat bahwa kunci bagi kita dalam melewati masa krisis ini adalah sebuah konsep yang disebut dengan manajemen kepanikan. Merujuk pada beberapa pakar manajemen, kepanikan masyarakat dalam ranah sosial cepat atau lambat akan berimbas pada sisi ekonomi.
Dan itulah yang saat ini tengah dirasakan oleh dunia. Penyebaran virus yang begitu masif telah membuat adanya kebijakan penutupan sejumlah fasilitas produksi sebab bagaimanapun, kesehatan kita jauh melebihi dari segalanya. Namun sebagai dampaknya, ada begitu banyak perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan.Â
Di sisi lain, penjualan mengalami penurunan mengingat masyarakat akan berkonsentrasi pada upaya untuk menghadapi penyebaran virus. Alhasil tanpa skema pemulihan ekonomi yang tepat dan terencana, ancaman krisis akan menjadi kepanikan susulan.
Tengoklah sekarang, sejumlah otoritas keuangan dunia tengah berupaya untuk memangkas bunga acuan hingga mengarah pada 0% demi terbangunnya optimisme pasar. Ini adalah perang melawan sebuah kepanikan pasar. Di Indonesia sendiri, indeks harga saham di bursa efek menurun cukup tajam. Ini menunjukkan bahwa aksi jual masih mendominasi pola perdagangan yang ada.Â
Hal yang sama turut terjadi di pasar uang. Nilai tukar Rupiah-pun melorot cukup banyak hingga menembus level Rp. 16.000,- per Dollar Amerika Serikat.
Realitas ini sekali lagi mengingatkan kita bahwa kepanikan pasar tengah melanda perekonomian nasional. Lalu adakah upaya yang dapat meredam kepanikan tersebut?
Solusinya hanya satu yakni tumbuhnya kesadaran bahwa kita harus melawan setiap kepanikan yang ada. Membangun semangat optimisme kini menjadi hal yang sangat penting.
Tidaklah mustahil bila kita semua berharap agar badai ini akan lekas berlalu. Adaptasi dengan situasi yang tengah terjadi kiranya menjadi modal bagi tumbuhnya kesadaran untuk melawan setiap kepanikan. Satu refleksi sederhananya adalah bahwa dalam kondisi apapun, bisnis dan roda ekonomi harus tetap berjalan.Â
Kebijakan bekerja dari rumah atau work from home kiranya dapat dilakukan secara optimal. Target kinerja harus tetap menjadi alat ukur produktivitas kerja meski tidak secara fisik berada di gedung perkantoran. Pola inilah yang secara perlahan akan membangun optimisme akan hari depan yang lebih cerah.
Ketika kita mampu beradaptasi dengan baik, niscaya produktivitas nasional akan tetap terjaga. Maka di situlah roda ekonomi akan terus berputar. Marilah bersama kita tetap membangun optimisme dalam melalui masa-masa ini. Selamat berefleksi, sukses senantiasa meneyrtai Anda!. Â