Mohon tunggu...
Muhammad Fajrul Falakh
Muhammad Fajrul Falakh Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia dan Pergulatannya

Manusia tidak akan pernah benar-benar sendiri selama ia ditemani oleh prinsip-prinsip hidupnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menelusuri "Konsep Bernegara" Sutan Syahrir Melalui Kacamata Rocky Gerung

29 Juli 2021   14:00 Diperbarui: 29 Juli 2021   15:17 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syahrir juga merupakan seorang politikus yang menikmati dunia gagasan dan ide dalam pusaran politik, bukan penikmat kekuasaan melalui politik. Hal itu sejalan dengan pandangan Rocky, Syahrir bukanlah petualang politik melainkan petualang pikiran. Argument itu diperkuat oleh bukti bahwa ketika Syahrir menjadi tawanan belanda dan diasingkan di pulau Banda Neira bersama tokoh nasionalis seperti Hatta, ia lebih banyak membawa buku di dalam kopernya daripada membawa pakaian. Karena ada tradisi yang tertanam dalam dirinya yaitu menyodorkan pikiran hingga ke pelosok negeri. Bahkan Syahrir menulis buku berjudul Indonesische Overpeinzingen (Renungan Indonesia) yang berisi renungan dan pandangannya terhadap Indonesia dalam menghadapi perkembangan dunia. 

Hubungan Syahrir dengan bapak proklamator Indonesia yaitu Soekarno, pun tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Berkali-kali kedua tokoh nasionalis ini terlibat perdebatan sengit tentang dasar negara bahkan, tidak jarang satu sama lain saling mengolok-olok kelemahan masing-masing. Syahrir yang memiliki kemampuan mematahkan argumen lawan debat, sedangkan Soekarno yang memiliki kemampuan retorika dan orasi yang cakap tak khayal menuai konflik. Konflik yang panjang itu ditujukan melahirkan konsensus yang fundamental. Pada titik dimana Sjahrir mampu menyaingi Soekarno dalam pergulatan politik lalu, menjadi perdana menteri untuk pertama kalinya, membuat Soekarno bereaksi dengan mengatakan : "Seperti rotan, saya hanya melengkung tapi tidak patah".

Sebaliknya ketika Soekarno naik menjadi presiden, Sjahrir pernah menjadi tahanan politik sahabatnya itu sendiri hingga akhir hayatnya. Sjahrir tidak memendam kebencian kepada Soekarno, ia hanya memberikan pandangannya: "Politik menimbulkan gangguan obsesifitas pada absolutisme kekuasaan dan membuat seseorang kehilangan kemampuan berpikir rasional, jadi saya tidak mungkin menyalahkan Bung Karno."

Namun saat ini kita lihat jejak post colonial-nya telah memudar, tradisi berpikir kritis yang tercermin dari metafora percakapan publik hampir tak berbekas. Ruang publik hari-hari ini dibuat riuh oleh suasana demagogi; busa kalimat. Pada kalimat yang berbusa kita tak dapat menikmati esensi pikiran yang disampaikan. Hanya sensasi yang disadurkan sebagai obat perangsang publik. Akhirnya yang timbul adalah ejekan-ejekan dari satu kubu ke kubu lainnya. Argumen bertransformasi menjadi sebuah sentimen.  

Oleh sebab itu menjadi keharusan bagi kita mengembalikan tujuan dasar didirikannya negara ini; bahwa kemerdekaan harus diisi dengan pengetahuan, agar anak negeri tak dapat dibodoh-bodohi. Kebodohan mengundang penjajahan. Belajar dari sejarah merupakan salah satu perang melawan purbakala kebodohan. 

 

Sumber Referensi:

  • Hiryanto. 2017. Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi Serta Implikasinya dalam Pemberdayaan Masyarakat, Jurnal Dinamika Pendidikan Volume XXII Nomor 1, Pendidikan Luar Sekolah FIP UNY.
  • Rocky Gerung. 2014. Demagogi, diakses dari https://majalah.tempo.co/read/bahasa/145788/demagogi, Tulisan dalam Majalah Tempo terbitan 7 Juli 2014.
  • Rocky Gerung. 2010. Sutan Sjahrir dan Politik Pedagogi, dalam buku 'Mengenang Sjahrir', Gramedia Pustaka Utama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun