Setelah sebulan berteman akrab lewat email dan mengobrol banyak selama perjalanan ke kantor, Tooru memintaku untuk berkencan dengannya. Dan tentu saja, dengan senang hati aku memenuhi permintaannya. Setiap pulang kantor, kami turun di berbagai stasiun, menelusuri jalan-jalan perfektur yang tidak kami ketahui dan jika malam sudah terlalu larut, Tooru mengantarku ke rumah.
Karena pekerjaanku sebagai arsitek dan Tooru yang sering punya deadline ketat, kami hanya bisa bertemu di sela-sela perjalanan pulang. Tapi tak apa, tiap detik yang kulewati dengan laki-laki yang kutemui di peron ini jadi waktu yang paling menyenangkan dan tak terlupakan.
“Lihat Yui, ada banyak lampu-lampu kecil di sepanjang jalan,” ujar Tooru ceria seperti biasa.
“Ya ini sudah pertengahan bulan. Sebentar lagi natal,”
“Kau ingat desain rumah yang kita temui saat turun di Chiba?” tanya Tooru tiba-tiba. Aku menggandeng tangannya, salju mulai turun.
“ya,” jawabku.
“Natal tahun depan aku akan bangun rumah seperti itu, kau setuju?” mendengar ini aku tersandung, “dan kau harus membantuku membuat desainnya,” tambah Tooru tanpa menunggu jawabanku. Lelaki berwajah unik ini selalu berhasil membuat jantungku ingin meledak.
“Baiklah,”
**
24 Desember pukul 16:00.
Hari ini aku berjanji dengan Tooru untuk bertemu di bawah pohon natal tak jauh dari stasiun Kanagawa. Kami akan membeli cake dan memilih beberapa menu untuk di masak besok. Kalau rencana kami jadi, besok akan jadi kali pertama aku berkunjung ke rumah Tooru.