Gelar ini juga menjadi hal penting bagi FajRi untuk memberi tanda bahwa mereka belumlah habis. Persaingan masih sangat ketat dan hal ini juga akan memberi PR bagi Coach Naga Api dan Coach Naga Air untuk memilih tim yang akan dibawa ke team event dalam waktu dekat.
Jojo juga demikian. Terlepas dari dia adalah pahlawan Thomas Cup 2020, di level individu prestasinya belumlah pulih. Gelar ini menjadi yang pertama sesudah dua gelar beruntun di Australia dan Selandia Baru pada 2019 silam. Di final, Jojo mengalahkan HS Prannoy yang sebelumnya menyingkirkan Ginting. Kalau mau diingat lagi sebenarnya laga Prannoy dan Ginting itu adalah milik Ginting.Â
Segala permainan indah Ginting sudah keluar, apa daya Prannoy sukses mengembalikan banyak bola dan kemudian Ginting yang membuat kesalahan sendiri. Pola Prannoy di SF itu tentu tidak cocok dengan Jojo yang memang beda gaya dengan Ginting, maka tidak heran jika Jojo kemudian menang dengan cukup nyaman 21-12 21-18.
Apapun itu, sejatinya yang dibutuhkan adalah konsistensi. Semoga turnamen ini menjadi semacam pembuka pintu bagi Jojo dan FajRi untuk bisa kembali ke performa terbaik mereka.Â
FajRi sendiri harus bisa lebih ekstra karena sejatinya kalau peringkat dibuka freeze-nya, mereka sudah di bawah The Babbies dan PraYer. Mereka ada di peringkat 9 juga masih ada hitungan prestasi mereka tahun 2019 yang lalu. Jojo dan Ginting sendiri masih punya PR untuk menjadi role model bagi MS lain di negeri ini. Mereka jelas punya kualitas itu, tetapi mereka masih ada PR di konsistensi.
Apapun itu, selamat untuk FajRi dan Jojo. Semangat untuk Ginting dan yang lainnya. Comeback stronger!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H