Tanggal 14 Januari 2020, hari pertama turnamen Daihatsu Indonesia Masters Super500. Turnamen ini levelnya standar, bukan Super1000, jadi hari pertama diawali oleh kualifikasi.
Seluruh gelaran dimulai oleh laga perdana Alfian Eko Prasetya dan Annisa Saufika yang baru cabut dari Pelatnas PBSI. Lepas keduanya masuk ke lapangan--bersama dengan lawannya tentu saja--maka ketiga lapangan lain silih berganti diisi pemain-pemain babak kualifikasi.
Tidak banyak penonton yang tahu bahwa sekitar pukul 12 siang, akan ada nama kondang penuh gelar akan turun ke lapangan. Hanya penonton yang membuka situsweb BWF atau Tournament Software, maupun akun Twitter Badminton Talk yang ngeh tentang ini.
Bukan apa-apa, di Twitter dan Instagram, sedang ramai Instagram Story seorang Tontowi Ahmad tengah melaju di tol lewat bahu jalan dalam arahan mobil polisi. Owi menyebut dalam unggahan itu bahwa dirinya sedang buru-buru.
Ya, dalam turnamen ini, nama besar Tontowi Ahmad akan kembali berlaga. Bukan dengan Winny Oktavina Kandow sebagaimana tahun 2019, tapi dengan Apriyani Rahayu, calon (atau bahkan sudah jadi) superstar bulutangkis Indonesia.
Sesudah menghitung giliran, saya segera menyimpulkan bahwa duet baru ini akan main di Court 2. Segera sesudah tampak pasti, saya bergeser dari belakang Court 1 ke sisi Court 2. Sekadar hendak mendapatkan pemandangan terbaik. Sesudah cukup lama menunggu, akhirnya terdengar suara announcer mengumumkan....
"On Court two, Tontowi Ahmad/Apriyani Rahayu (Indonesia) versus Suak Jomkoh/Supissara Paewsampran (Thailand)...."
Seluruh Istora yang sebenarnya tidak penuh-penuh betul tentu saja bergelora. Bagaimanapun kami kan datang ke Istora sekadar melihat babak kualifikasi. Tidak ada niat untuk menjadi saksi tampilnya duet baru di XD ini. Jadi, bisa hadir di Istora pada tanggal 14 Januari 2020 merupakan suatu kebetulan yang menyenangkan.
Lepas dari duet prioritas, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, serta satu pasang mantan juara dunia junior, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, nama Owi memang tetap harus diperhitungkan.
Meski tak lagi bersama Liliyana Natsir alias Butet yang sudah pensiun, dengan deretan gelar yang sudah diraihnya menempatkan seorang Owi di level berbeda dengan seluruh pemain putra lain di ganda campuran.