Artinya, membalas kekerasan dengan kekerasan hanya akan memperburuk konflik dan menghilangkan peluang dialog. Pendekatan Ahimsa dalam konteks Wadas berarti:
- Mengedepankan Dialog dan Mediasi: Pemerintah seharusnya mengutamakan dialog terbuka dan transparan dengan warga, bukan pendekatan represif. Membangun komunikasi yang jujur untuk memahami kekhawatiran warga adalah langkah pertama untuk mencapai solusi damai.
- Aksi Damai sebagai Hak Demokratis: Warga Wadas berhak menyuarakan penolakannya tanpa rasa takut. Kebebasan berekspresi adalah fondasi demokrasi yang harus dijaga. Sebagaimana Gandhi menekankan, aksi damai memiliki kekuatan moral yang lebih tinggi daripada kekerasan.
- Perlindungan Lingkungan dan Hak Hidup Layak: Dalam ajaran Gandhi, alam dan manusia adalah satu kesatuan yang tidak boleh dieksploitasi secara sewenang-wenang. Eksploitasi sumber daya alam yang merusak lingkungan adalah bentuk kekerasan struktural yang merugikan generasi mendatang.
- Menghargai Kearifan Lokal: Warga Wadas memiliki kearifan lokal dalam mengelola tanah dan sumber daya alamnya. Menghargai pengetahuan dan kebudayaan lokal adalah bagian dari implementasi Ahimsa dalam kebijakan pembangunan.
Pendekatan Ahimsa (tanpa kekerasan) ala Mahatma Gandhi, jika diterapkan secara konsisten, memiliki dampak signifikan dalam mengatasi konflik semacam ini. Pendekatan ini tidak hanya dapat meredakan ketegangan tetapi juga membuka peluang penyelesaian yang lebih adil dan bermartabat.Pengalaman Gandhi dalam memimpin perlawanan tanpa kekerasan membuktikan bahwa kesabaran, solidaritas, dan keteguhan prinsip dapat melawan ketidakadilan secara efektif. Aksi damai tidak menunjukkan kelemahan, melainkan kekuatan moral yang dapat mengubah kebijakan. Dalam kasus Wadas, jika pemerintah dan warga sama-sama mengadopsi semangat Ahimsa, potensi kekerasan dapat ditekan, dan solusi yang adil bisa dicapai.
1. Mengurangi Eskalasi Kekerasan
Salah satu dampak positif utama dari pendekatan Ahimsa adalah mengurangi eskalasi kekerasan. Dalam kasus Wadas, aksi damai yang dilakukan warga menunjukkan perlawanan tanpa kekerasan meskipun mereka menghadapi intimidasi dari aparat keamanan. Pendekatan ini berhasil menarik perhatian publik secara nasional dan internasional. Dengan tidak membalas kekerasan dengan kekerasan, warga Wadas mematahkan narasi yang dapat melegitimasi tindakan represif dari aparat.
"Victory attained by violence is tantamount to a defeat, for it is momentary." (Young India, 1920)
Dengan menahan diri dari tindakan kekerasan, warga Wadas mempertahankan legitimasi moral perjuangan mereka di mata masyarakat luas.
2. Membangun Solidaritas dan Dukungan Publik
Pendekatan Ahimsa juga berdampak pada membangun solidaritas dan dukungan publik. Ketika warga Wadas memilih untuk mengekspresikan penolakan melalui protes damai, aksi mereka mendapat simpati dari berbagai kalangan, termasuk akademisi, aktivis HAM, organisasi masyarakat sipil, dan masyarakat umum. Hal ini mirip dengan bagaimana gerakan Satyagraha Gandhi memobilisasi dukungan luas dari berbagai lapisan masyarakat India. Dukungan ini menciptakan tekanan moral terhadap pemerintah dan aparat untuk mencari solusi yang lebih manusiawi. Dukungan publik yang masif dapat memperkuat posisi tawar warga dan mempercepat dialog yang adil.
3. Mendorong Dialog dan Mediasi Damai
Prinsip Ahimsa menekankan pentingnya dialog dan mediasi damai sebagai solusi utama dalam menyelesaikan konflik. Pendekatan ini menawarkan ruang bagi pemerintah dan warga untuk bernegosiasi tanpa intimidasi atau kekerasan. Dalam kasus Wadas, pendekatan damai membuka peluang untuk mencari solusi yang mempertimbangkan kepentingan semua pihak, seperti ; Evaluasi dampak lingkungan secara independen, melibatkan masyarakat secara aktif dalam pengambilan keputusan dan memberikan jaminan hukum atas hak tanah dan penghidupan warga.
Gandhi percaya bahwa dialog yang tulus dan transparan dapat menjembatani perbedaan dan meredakan konflik. Pendekatan ini jauh lebih berkelanjutan dibandingkan dengan solusi represif yang hanya menimbulkan luka sosial berkepanjangan.