Ketiga, kolaborasi internasional harus ditingkatkan. Dosen-dosen Indonesia harus didorong untuk berkolaborasi dengan peneliti-peneliti internasional yang memiliki reputasi baik. Kolaborasi semacam ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas penelitian, tetapi juga membantu dosen-dosen Indonesia memahami standar dan etika penelitian yang berlaku secara global.
Keempat, peran asosiasi profesi dan komunitas akademik sangat penting. Asosiasi profesi dapat berperan sebagai pengawas independen yang memonitor publikasi ilmiah dan memberikan rekomendasi atau sanksi terhadap praktik-praktik yang tidak etis. Komunitas akademik, baik di tingkat nasional maupun internasional, harus lebih proaktif dalam mengedukasi anggotanya tentang bahaya jurnal predator dan pentingnya menjaga integritas akademik.
Terakhir, individu dosen itu sendiri harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi terhadap etika akademik. Meskipun tekanan untuk mempublikasikan karya ilmiah sangat besar, dosen harus selalu mengutamakan kualitas dan integritas dalam setiap penelitian yang mereka lakukan. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan tentang etika publikasi dan penelitian harus menjadi bagian dari pengembangan profesional dosen.
Fenomena publikasi ilmiah di jurnal predator adalah cerminan dari kompleksitas masalah dalam sistem pendidikan tinggi di Indonesia. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya kolektif dan komprehensif dari semua pihak terkait. Dengan langkah-langkah yang tepat, integritas akademik dapat dipertahankan dan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia dapat terus meningkat. Masa depan pendidikan tinggi di Indonesia sangat bergantung pada bagaimana kita menyikapi dan mengatasi tantangan ini dengan bijaksana dan berintegritas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H