Mohon tunggu...
Ariella Margareta
Ariella Margareta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

Welcome! Here I upload my writing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jurnalis Vs Content Creator, Antara Kredibilitas dan Hiburan?

12 November 2023   16:57 Diperbarui: 12 November 2023   18:12 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menarik bukan? Jika konten-konten berita dan informasi ini diproduksi dengan menggunakan elemen-elemen di atas. Produksi dan penyebaran berita melalui media baru yang melibatkan elemen-elemen ini dikenal dengan jurnalisme multimedia. Multimedia ini berupa elemen yang meliputi teks, gambar, audio, animasi, grafik, dan video (Widodo, 2020, h. 17). Lalu bagaimana multimedia bekerja pada produksi berita di media baru? Berita-berita dan informasi yang disebarkan melalui media baru akan menjadi lebih menarik jika memberikan visualisasi yang menarik, dengan adanya elemen-elemen, seperti  teks, gambar, audio, animasi, grafik, dan video. 

Jika berita dan informasi yang diproduksi oleh content creator lebih menarik di mata pengguna media baru, bagaimana dengan jurnalisme kedepannya? Apakah jurnalisme akan terancam karena kehadiran content creator? Apa yang harus dilakukan oleh jurnalis? Simak penjelasan selanjutnya di halaman berikut ini.

Bagaimana tantangan jurnalisme dalam menghadapi kehadiran content creator?

Kehadiran content creator yang memproduksi dan mempublikasikan konten berita atau informasinya menjadi tantangan tersendiri bagi jurnalisme di Indonesia. Bagaimana tidak? Jika data menunjukkan bahwa sebesar 68 persen masyarakat Indonesia mengakses berita dari media sosial (Saptoyo & Galih, 2022), maka bisa dikatakan bahwa berita-berita yang dipublikasikan secara resmi di media massa, media online, maupun media konvensional bukan menjadi sumber berita utama yang diakses oleh masyarakat. 

Berita-berita yang disebarluaskan melalui media sosial menjadi lebih menarik bagi publik karena melibatkan elemen multimedia di dalamnya, seperti adanya teks pendukung, audio-visual yang menarik, gambar dan animasi yang relevan, dan sebagainya. Selain itu, storytelling yang dibawakan oleh creator juga mendukung alasan mengapa berita yang ada di media sosial lebih digandrungi oleh publik, karena bisa membangun emosi, simpati, dan opini mereka. Mengapa bisa terjadi? Hal ini dikarenakan adanya penerapan digital storytelling berbasis multimedia, yaitu hadirnya elemen teks, gambar, grafik, audio, video, dan animasi yang diintegrasikan ke dalam bentuk digital untuk menyajikan berita dan informasi (Widodo, 2020, h. 97). Interaktivitas yang tersedia antara creator dan publik juga mendorong banyaknya minat publik akan berita yang diproduksi oleh content creator, dimana mereka dapat melakukan komunikasi dua arah melalui kolom komentar dan melakukan stitch atau balasan dalam bentuk video.

Bukan menjadi hal yang perlu dipertanyakan lagi, rendahnya literasi membaca di Indonesia juga menjadi tantangan bagi jurnalisme. Media konvensional dan media online yang mengharuskan publik untuk membacanya mulai ditinggalkan dan beralih menuju berita yang berbasis audio-visual. 

Kehadiran content creator di media sosial ini menjadi tantangan bagi jurnalisme agar bisa bertahan dan meningkatkan eksistensinya. Jurnalisme harus bisa menyeimbangkan, bahkan membuat konten berita yang lebih menarik, dengan melibatkan digital storytelling berbasis media, menyajikan konten berita yang berkualitas, dan membuka kesempatan bagi publik untuk memberikan feedback-nya. 

Sudahkah jurnalisme di Indonesia menerapkannya? Jika dilihat pada sosial media, seperti Tiktok, YouTube, Instagram, dan Twitter, beberapa media telah mengambil andil dengan menyajikan konten yang melibatkan digital storytelling berbasis media, menyajikan konten berita yang berkualitas, dan membuka kesempatan bagi publik untuk memberikan feedback-nya. Beberapa media ini adalah Liputan 6, Patroli, Kompas TV, Berita Satu, Tribun, dan sebagainya.

Namun, apakah usaha yang sudah dilakukan ini menjadikan konten yang disajikan oleh jurnalis menjadi lebih digandrungi oleh publik dari pada content creator? Lalu manakah yang seharusnya kita pilih untuk membaca berita dan informasi? Content creator atau media resmi oleh jurnalis Indonesia? 

Jurnalis VS content creator?

Berbicara soal berita, terkadang masyarakat Indonesia malas untuk membaca berita, karena dinilai terlalu membosankan dan tidak ada kebaruan. Namun, hadirnya content creator di media sosial yang menyajikan konten menarik ketika mengangkat suatu isu berita membuat publik menjadi lebih tertarik untuk mengaksesnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun