[caption id="attachment_78144" align="alignright" width="214" caption="dari google/www.pusat-mobil.net"][/caption]
Bagi saya yang sehari hari ngantor pake kenderaan umum masih deg-degan dengan rencana kebijakan pembatasan premium bersubsidi, terutama pada penggunaan mobil keuaran tahun 2005 keatas. Khawatir apakah janji pemerintah benar-benar menguntungkan golongan menengah bawah atau hanya akal-akalan demi kepentingan tertentu.
Seperti yang sudah-sudah setiap akan dilakukan pembatasan subsidi akan diikuti kelangkaan BBM - sebuah siklus yang terus terjadi tanpa bisa diatasi - pada hampir semua kota di negeri ini. Belum lagi efek domino yang terjadi dari kenaikan BBM seperti kenaikan harga barang dan jasa.
Secara prinsip saya setuju dengan kebijakan ini meskipun ada yang kontra. Dengan berjuta argumen para "orang kaya" mungkin menganggap ini kebijakan diskriminatif sebab mereka juga pembayar pajak (lebih besar daripada golongan kebanyakan), oleh sebab itu mereka juga berhak menikmati aneka subsidi.
[caption id="attachment_78146" align="alignright" width="219" caption="dari google/isparmo.web.id"]
Pembatasa BBM adalah isu yang paling banyak menyedot perhatian semua kalangan dan bagi saya isu inilah yang paling berdampak sistemik, sebab dari kelas pengusaha sampai kelas ibu rumah tangga hingga PRT menyanyikan lagu yang sama dengan judul "Hidup Semakin Sulit".
Salah satu sebab lambannya pergerakan lalu lintas di jalan adalah terlau besarnya tarikan kenderaan di jalan yang tidak sebanding dengan daya tampung jalan itu sendiri.
Bayangkan jika sebuah kenderaan sekelas APV atau SUV yang kapasitas tampungnya delapan orang hanya diisi satu atau dua orang dan jika mereka keluar secara bersamaan tentu yang terjadi adalah kemacatan atau minimal pelambatan pergerakan. Sehebat apapun petugas lalu lintas mengatur dan melakukan rekayasa lalu lintas tidak akan dapat berbuat banyak mengatasi hal ini. Dan pemandangan seperti ini kita lihat sehari-hari.
Apakah kebijakan ini serta merta dapat mengurangi jumlah kenderaan pribadi dijalan? Jawabannya bisa Ya bisa Tidak !, Terpulang pada para pemilik kenderaan yang dimaksud
Iseng-iseng saya pernah tanya sama teman yang seorang montir mobil tentang rasio keuntungan yang diperoleh oleh pengguna mobil "tahun tinggi" jika ia menggunakan jenis premium bersubsi di dibandingkan jika ia menggunakan premium non subsidi (pertamax). Menurutnya jika di bandingkan dalam jangka panjang justru lebih menguntungkan menggunakan premium non subsidi karena selain meningkatkan performa juga dapat memaksimalkan usia mesin (sebagaimana rekomendasi pabrik).
Ini saatnya pola pikir orang kaya berubah
Tapi mengatur "orang kaya" tidak gampang lho.
Apakah isu ini kembali dimanfaatkan oleh pihak2 tertentu untuk mengambil keuntungan dengan cara menimbun BBM bersubsidi ?
Sebuah premis mengatakan aksi akan menimbulkan reaksi. Sebuah kebijakan apalagi berkaitan dengan peningkatan ongkos pengeluaran tentu saja akan menimbulkan keguncangan (shock) yang akhirnya berujung pada penolakan-penolakan dari kalangan yang terkena dampak langsungnya.
Mari kita tunggu kesiapan pemerintah dalam mengantisipasinya. Apakah akan terjadi kelanggkaan BBM kembali menjelang pembatasannya tahun depan? Sebagaimana terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
Dalam riwayat ,"Hanya keledai yang terperosok lubang dua kali" , terus kalau yang terperosok berkali-kali apa namanya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H