Coba kita geser lagi pada alat lain untuk mencari rumput yakni air. Fungsinya dapat dimaknai sebagai pengatur ritme, dalam cara kerjanya 'kan punya keunikan untuk menghasilkan babatan yang bagus.
Mengatur ritme hidup, memaknai dan menikmati alur ritme hidup yang diberi bisa kita dapatkan dari ngarit. Sudah dapat nilai, dapat juga ketersalingan dan rasa berbagi plus tanggungjawab. Lho, kok banyak juga?
Ini baru dua alat, belum yang lain seperti karung, caping, terus kreativitas membuat pupuk dan pagar. Maka, kita bisa lihat orang-orang yang mendalami dan melakoni peran petani kebanyakan memiliki kebijaksanaan dan kearifan dalam hidupnya. Banyak nilai yang diceritakan bersama cucu tersayang, anak-anak untuk dilanjutkan penggaliannya.
Nah, terus kenapa sampe nggak banyak yang mau? Apakah karena panas, takut gagal panen, kurang alat dan ilmu, atau bahkan ketidakpastian distribusi dan harga?
Ternyata, jawaban di atas hanya 4%, yang menjadikan pertanian sepi adalah belum dapat menyisihkan sifat-sifat yang kita bahas sebelumnya, ya salah satunya sombong dan rakus materiil.
Perlu Keasyikan Menyisipkan Nilai
Obrolan bersama orang-orang tani, bahwa sifat menerima dan keluwesan berpikir dan merasa menjadi kunci hidup. Sifat itu bisa didapatkan melalui teknis, walaupun teorinya sering berseliweran tapi perlu pembiasaan. Kalau cuma wacana dan opini yang didiskusikan menjadi uap, apalagi tanpa notulensi jadi rugi banget itu. Oke, kita pindah dulu kenapa wise values banyak didapati di pertanian.
Kalau tani kita anggap sekolah rasa sepertinya jadi salah satunya yang efektif. Membangun rasa silih asah, asih dan asuh-nya terlihat jelas, mulai dari membuat tanah humus, merawat benih, menyiapkan pupuk hingga memelihara sampai panen itu belum tentu berhasil jika tidak memiliki sifat ngasuh dengan cinta kasih dalam diri manusia.
Keluwesan analisis juga terbangun ketika memilih alternatif pupuk dan lahan. Di dalamnya juga muncul sikap keberlanjutan, sikap mendayagunakan yang sering diseminarkan bahkan dibuat workshop.
Praktik di atas lahan banyak buku-buku yang tampil di beberapa ladang pendidikan, makanya kenapa lahan memberikan banyak pelajaran dan mengapa tempat itu sepi peminat? Heuheu.
Zero waste sudah berlaku lama, food estate and nutrition for sustainability berlangsung terus sampai sekarang, tinggal aktivasi saja ternyata bagi orang banyak di negeri tani.
Memang ilmu demikian sudah banyak dibahas dan perlu dipraktikkan, tapi ingatlah yang sudah berpraktik dan memberikan pertumbuhan negeri. Ya, mari kita pikir ulang lagi dan resapi jika kita bukan negara agraria besok.